“KEMATIAN MEMBAWA BERKAT”
Kira-kira jam tiga
berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?"
Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Matius 27:46
A. PENGANTAR
Secara logika manusia pada umumnya,
menganggap bahwa kematian adalah akhir dari segala kebesaran dan harapan di
bumi ini. Maka dengan segala usaha manusia menghindari kematian, karena
kematian dianggap sebuah petaka yang membatalkan dan menguburkan semua harapan.
Padahal kematian merupakan hukum Allah, mutlak yang tidak dapat dibatalkan oleh
siapapun atau oleh apapun. Firman Tuhan: “...manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja..” (Ibr 9:27). Maka mati adalah
hukum atau peraturan Allah untuk manusia (semua makhluk hidup).
Rentang hidup manusia itu, panjang atau
pendeknya sudah ditentukan Allah, sesungguhnya tak seorangpundapat mengetahui
dengan pasti tentang hari kematiannya. Manusia pasti mati, kapan waktunya
kematian itu datang? Tidak seorangpun dapat mengetahui harikematiannya secara
pasti. Semua manusia dalam setiap waktu dapat menemui kematian. Mulai dari
janin dalam kandungan ibu, bayi, anak, remaja, pemuda,orangtua atau lanjut usia
dapat mengalami kematian.
Firman
Tuhan: “Masa
hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan
kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan
kami melayang lenyap” (Maz 90:10).
Maka
secara manusiawi dan wajar sekali bahwa kematian adalah akhir sebuah perjalanan
hidup, akhir segala sesuatu dan akhir semua impian dan pengharapan. Akan tetapi
hanya ada satu kematian yang membawa berkat dan pengharapan. Kematian yang
unik, khusus, dan istimewa itu, disebutkan dalam Firman Tuhan sebagai berikut:
“Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah
dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan
banyak buah” (Yoh 12:24).
Hanya
melalui kematian, adanya berkat dan pengharapan yang sejati. Hanya melalui biji
gandum jatuh ketanah dan mati akan menghasilkan banyak buah.
B. BERKAT-BERKAT
TERKANDUNG DALAM KEMATIAN TUHAN YESUS KRISTUS
Jika kita berusaha untuk mengerti berkat-berkat
yang terkandung dalam kematian Tuhan Yesus Kristus, maka kita menemukan
keterbatasan dan ketidakmampuan untuk mengartikan semua hal dan segala sesuatu.
Keterbatasan manusia untuk mengerti segala sesuatu yang dikerjakan Allah
diwakili oleh 3 ayat Firman Tuhan di bawa ini:
o
Ulangan
29:29 :
“Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi
TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi
anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan
hukum Taurat ini.”
o
Mazmur
40:6 :
“Banyaklah yang telah
Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk
kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan
mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung.”
o
Yohanes
21:25
Masih banyak hal-hal lain lagi yang
diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per
satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis
itu.
Melalui ayat-ayat di atas bukan berarti Allah
itu tidak dapat dimengerti, tetapi adanya keterbatasan sebagai hakekat/ natural
asli manusia memang adanya keterbatasan.
1. BERKAT
PENGAMPUNAN DOSA
Mengerti manusia sebagai manusia berdosa
zaman ini (postmodern) bukanlah tema yang populer.Ketidakpopuleran membicarakan
manusia yang berdosa itu, termasuk disebagian kampus theologi populer yang
memproduksi lulusannya dengan predikat sebutan-sebutan istilah gerejawi yang
mentereng misalnya: istilah “Hamba” Tuhan, Evangelis, theolog, dll.
Manusia zaman ini kecenderungan dirasuk
oleh cara berpikir antroposentris, humanis, psikologis, materialistis. Maka
zaman ini istilah dosa dan dosa-dosa bukan merupakan pokok yang populer, karena
hakekat manusia pendosa adanya. Padahal dosa bukan suatu penemuan, bukan suka
atau tidak suka membicarakan dosa karena natur manusia adalah berdosa.
Firman Tuhan di bawah ini menyatakan
tentang manusia adalah berdosa tanpa terkecuali:
o
Mazmur
14:2-3
TUHAN memandang ke bawah dari
sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan
yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak
ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.
o
Roma 3:23
Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah
Dosa adalah suatu kenyataan di semua
level kehidupan manusia. Dalam bahasa Yunani αμαρτια,hamartiaartinya
melenceng, menyimpang dari tujuan Allah. Umat manusia telah menyimpang dari
tujuan Allah. Penyimpangan atau dosa itu sumbernya bukan dari masyarakat atau
lembaga yang didirikan oleh manusia tetapi dosa berasal dari dalam diri manusia
itu sendiri.
Firman Tuhan: “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku
diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (Maz 51:7)
Pada abab 19 golongan optimisme
berkembang pesat dan banyak pemikiran yang berkata bahwa pada dasarnya manusia
itu baik, kejahatan timbul karena ketidakpedulian, masalah pendidikan,
lingkungan hidup, dll. Maka yang diperlukan adalah suatu revolusi sosial, yang
memampukan manusia hidup bersama dengan baik. Istilah yang digunakan ialah memanusiakan
manusia. Tapi ilusi dan impian itu telah hancur berantakan dalam sejarah umat
manusia.
Kesempatan belajar telah berkembang
begitu begitu pesat di seluruh dunia terutama di negara-negara barat, umat
manusia mengalami “perubahan” luar biasa, banyak negara mengalami kemakmuran
dalam bidang ekonomi, transportasi, komunikasi, dll. Tapi begitu banyak
peristiwa mengikutinya, konflik sosial, konflik politik, diskriminasi rasial,
kekerasan psikologis, kejahatan meningkat di mana-mana termasuk di kota-kota
besar dan negara-negara maju. Manusia kembali diperhadapkan dengan dirinya
sendiri yang tidak pernah puas, selalu egois, dirasuk oleh keinginan-keinginan,
mementingkan diri sendiri, dan tidak segan-segan mengorbankan lingkungan,
oranglain dan mengorbankan apa saja dengan tujuan kemuliaan diri sendiri.
Termasuk dalam cara spiritual/ religius umat manusia tidak dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang sesungguhnya. Inkarnasi (penjelmaan), kesengsaraan dan
kematian Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib merupakan cara unik/
satu-satunya penyelesaian pengampunan dosa umat manusia.
2.
BERKAT
PENGAMPUNAN DOSA ADALAH SUATU FAKTA NYATA ADANYA
Dan
pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama
sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku? (Mark 15:34). KemanusiaanNya merasakan
sakit dan penderitaan. Kemanusiaan merasakan sendiri dan ditinggalkan Allah. Tidak
mudah kita dapat mengerti, keterpisahan Tuhan Yesus dengan kekuasaan Allah.
Dalam daging jasmani semua dosa umat manusia ditanggungNya secara nyata. Bukan
ditanggung dalam pengertian teori atau metodologi tapi fakta nyata dosa umat
manusia sudah ditanggung di atas kayu salib. Firman Tuhan: “segala sesuatu
sudah selesai” (Yoh 19:28b).
Berkat yang begitu besar bahwa segala kesalahan
dan dosa kita sudah ditanggung Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib. Maka
Rasul Paulus berkata bahwa “Keselamatan itu semata-mata anugerah Allah oleh
iman” (Ef 2:8). Tanggung wajab kita mengimani, meyakini bahwa Tuhan Yesus sudah
menanggung dosa-dosa kita di atas kayu salib. Dalam doa berlutut datang kepada
Tuhan mengakui segala dosa dan kejahatan yang telah kita lakukan di hadapanNya.
Firman Tuhan : “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan” (1 Yoh 1:9).
Berarti Tuhan Yesus mati di atas kayu
salib sebagai pengganti umat manusia yang sebenarnya harus mati dan masuk api
neraka.
Firman Tuhan : Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah
ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rom
6:23)
Usaha-usaha
manusia melalui ritual agama kristiani tidak dapat membebaskan dari dosa, tapi
kematian Tuhan Yesus menanggung dan membebaskan umat manusia dari dosa-dosanya.
3.
BERKAT
PEMULIHAN
Salib Tuhan Yesus Kristus memulihkan
hidup kita sesuai dengan standar dan tujuan Tuhan. Kematian Tuhan Yesus di atas
kayu salib memberikan berkat “pemulihan” bukan suatu kematian yang harus
dikasihani. Secara logika manusia, memang ada unsur kasihan karena Tuhan Yesus
mati tatkala ia berumur 33 setengah tahun. Suatu umur produktif bahkan belum
mencapai puncak kepemimpinan yang biasanya pimpinan Yahudi minimal berumur 40
tahun.
Tetapi Kematian Tuhan Yesus adalah suatu
kematian yang sudah dinubuatkan, 1500 tahun sebelumnya.
o Kejadian
3:15
Aku
akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu
dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukkan tumitnya."
o Ulangan
21:22-23
"Apabila
seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati,
kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang,
maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi
haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang
digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu."
o Galatia
3:13
Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu
salib!"
Tuhan Yesus mati sebagai pengganti kita,
seharusnya kita yang harus mati karena kitalah yang membuat dosa dan kejahatan,
tapi karena kasihNya kepada manusia, Dia mati menggantikan manusia berdosa.
Firman Tuhan: Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi sembuh (Yes 53:5).
Inilah suatu realitas penebusan yang
paling berarti, bukan teori atau pengajaran tetapi suatu fakta Tuhan Yesus
menanggung dosa kita. Fakta ini membawa suatu pergumulan yang berat sehingga
Tuhan Yesus berdoa: “Biarlah cawan ini
lalu dari padaKu” (Mat 26:39). Tuhan Yesus taat karena kasihNya kepada
manusia. Dia ingin manusia dibebaskan dari dosa, iblis dan maut. Sehingga hidup
manusia dipulihkan secara total sesuai dengan standar dan tujuan Allah. “kematiannya
telah memulihkan hidup kita”
4.
SETIAP
ORANG DAPAT BERKOMUNIKASI DENGAN ALLAH
Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke
bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah(Mat 27:51). Tirai atau tabir bait suci
yang melambangkan pemisah antara manusia dengan Allah dan juga batas pemisah
antara manusia dengan manusia. Pembatas atau tirai melambangkan dosa yang
mengakibatkan manusia ada batas dengan Allah dan juga ada batas antara sesama
manusia.
Manusia
menghampiri Allah masuk ke Bait suci untuk mempersembahkan darah anak domba
sebagai simbol yang melambangkan penebusan dosa. Setelah Tuhan Yesus mati di
atas kayu salib tirai/ pembatas terbela dari atas sampai ke bawah. Apa
maknanya, tirai bait suci terbelah? Artinya: melalui Tuhan Yesus mati di atas
kayu salib, penyekat/ batas hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia
dengan manusia telah dipulihkan Allah sendiri. Melalui percaya akan kematian
Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib, setiap orang dapat menghampiri Allah
Allah secara langsung tanpa melalui ima dan tanpa melalui mempersembahkan
korban anak domba. Selain itu hubungan manusia dengan manusia dipulihkan,
terutama sama-sama komunitas anak-anak Allah.
C.
KESIMPULAN
Setiap kali kita
mengikuti kebaktian Jumaat Agung kita diperhadapkan kembali kepada peristiwa
unik luar biasa, atas kasih dan karya kepada umat manusia. Dia datang ke dalam
dunia ini. Taat, bahkan sampai mati di kayu salib. Karena karya Agung itu kita
lepaskan secara nyata dari dosa, dosa-dosa dan segala perbuatan melawan Allah.
HALELUYA – AMIN
Komentar
Posting Komentar