FIRMAN TELAH MENJADI MANUSIA (Yohanes 1:14; Filipi 2:5)
Firman itu telah menjadi manusia,
dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan
yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran. (Yohanes 1:14)
Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus
(Filipi 2:5)
A. PENDAHULUAN
Syalom!! Selamat pagi dan selamat Natal 25 Desember
2013 dan selamat tahun baru 1 Januari 2014. Pada pagi ini kita akan menemukan
Yohanes 1:14; Filipi 2:5 dengan tema “Firman telah Menjadi Manusia.”
Apa makna natal bagi Anda? Dunia saat ini
memperlihatkan fenomena yang cukup menarik, jika diperhatikan. Kita tampaknya
bersusah payah, menghabiskan banyak waktu, dan uang hasil kerja keras kita
untuk dapat merasa terhibur atau sekedar dapat bersantai dengan gaya hidup
sesuai dengan keinginan kita. Kita merasa pantas membayar mahal untuk hotel
dengan pelayanan terbaik, dengan spring
bed mahal dibalut sprei sutra, dilengkapi dengan berbagai fasilitas entertainment dan relaksasi (istrahat)
dari televise dengan ratusan siaran, makanan buatan chef terkenal, sampai membayar sejumlah besar uang yang pada
umumnya (hari-hari biasa), tidak rela kita keluarkan, agar kita tidak perlu
mengerjakan apa-apa, selain bersantai.[1]
Apa itu arti natal bagi Anda? Menghabiskan uang
untuk liburan natal tanpa menghayati makna natal. Makna natal adalah Firman itu
menjadi manusia. Pada yang penting ini akan dijelaskan mengenai hal ini, yakni
arti Firman, apa arti firman menjadi manusia, alasan menjadi manusia, dampak
menjadi manusia.
B. FIRMAN ITU MENJADI MANUSIA
1.
Arti firman
Bahasa Yunani untuk
firman adalah λογος logos yang berarti word.
Kata itu berarti “perkataan, pikiran, konsep, dan ungkapan.” Dr. Criswell
berkata: Pada dasarnya, kata ini mengacu kepada suatu komunikasi yang unik.
Yohanes menyatakan bahwa ketika Allah mengkomunikasikan diri-Nya sendiri kepada
manusia, Ia melakukan ini dalam tubuh manusia (ayat 14) melalui Logos… Yohanes
mengumumkan bahwa dari permulaan Logos itu sudah ada. Ia tidak lain adalah
Allah itu sendiri. Bukan hanya membawa Firman itu, namun bersamanya di dalam
pribadi-Nya sendiri, hidup dan keberadaan-Nya sendiri. Akhirnya Logos itu
adalah Allah yang kekal. Tidak pernah ada waktu di mana Logos itu tidak
sepenuhnya Allah.
2.
Allah menjadi
manusia
Allah ada dari diriNya sendiri, artinya Ia memiliki
dasar bagi eksistensinya dalam diriNya sendiri.[2] Yohanes
dalam pimpinan Roh Kudus menuliskan: pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh 1:1). Jadi, Allah
menjadi manusia berarti Allah masuk dalam kronologi dan hal menjelaskan mengenai
Allah membatasi diriNya untuk menjadi sama dengan manusia. Dalam bahaya Yunani
menjadi adalah γινομαι, ginomai yang
berarti to become (menjadi). Kata ini
menjelaskan bahwa Allah menjadikan diriNya menjadi manusia. Dalam Filipi 2:6-7
menyatakan bahwa: yang walaupun dalam rupa Allah, tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Allah
adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu. Allah yang menciptakan kronologi,
tetapi Dia sendiri masuk kedalam kronologi dengan menjadi manusia. Allah
menjadi manusia adalah peristiwa yang
unik dan satu-satunya di dalam dunia. Steven Tong mengatakan dalam khotbahnya
pada dengan topik “Imanuel” bahwa ada empat metode penciptaan, antara lain:
a. Pertama,
Tanpa manusia yakni laki-laki dan perempuan Allah menciptakan Adam manusia
pertama.
b. Kedua,
Tanpa perempuan, hanya laki-laki Allah menciptakan manusia dengan tulang rusuk
milik laki-laki.
c. Ketiga, Allah menciptakan manusia melalui
manusia, laki-laki dan perempuan itu kita semua.
d. Dan
yang keempat, Allah meminjam rahim perempuan yaitu Maria untuk mengandung dan
kemudian melahirkan Tuhan Yesus sebagai juruselamat manusia.
Menjadi
manusia, kata manusia dalam teks Yohanes 1:14 diterjemahka dalam bahasa Yunani
dengan σαρξ, sarx yang berarti flesh (daging). Maksud kata ini adalah
bahwa pribadi kedua tritunggal mengambil rupa manusia bagi diriNya sendiri.
Tetapi, Ia tak memiliki kemanusiaan sampai kelahiran, karena Tuhan menjadi
mausia. Meskipun demikian, kemanusiaanNya adalah tanpa Dosa.[3] Waktu
menjadi manusia, kelilahianNya tidak ditanggalkan atau berkurang, atau
mengkerut, dan Dia tidak berhenti melaksanakan fungsi kelilahianNya yang ada
padaNya sebelumnya.
Dengan
demikian, inkarnasi atau menjadi manusia itu bukanlah pengurangan dari
keilahian, melainkan penerimaan kemanusiaan. Bukan bahwa Anak Allah menyusup
mendiami jasad manusia, seperti Roh dikemudian hari berbuat demikian. Dia bukan
membajui diriNya dalam tubuh manusia, dengan merampas tempat dari tubuh itu dan
mendiaminya. Akhirnya, Allah menjadi manusia berarti Allah dalam kedaulatanNya
membatasi diri untuk tujuanNya yang mulia.
3.
Menjadi manusia
adalah pengorbanan
Menjadi manusia adalah suatu pengorbanan.
Pengorbanan sebenarnya bermula tidak dari salib. Salib adalah puncak atau
klimaks dari kasih Allah itu. Tetapi permulaannya adalah Allah dalam
kedaulatanNya rela mengosongkan diriNya untuk datang ke dunia dengan cara
mengosongkan diri yaitu dengan mengambil rupa sebagai seorang hamba. Dalam
inkarnasi sebagai Kristus, Dia lahir di kandang binatang, diasuh oleh Maria dan
Yusuf seperti seorang yang tidak tidak bisa berbuat apa-apa dan harus mati di
atas kayu salib. Pengorbanan ini dapat di kelompokkan dengan beberapa hal,
antara lain:
a.
Meninggalkan
kemuliaan.
Meninggalkan
kemuliaanNya berarti, dengan inisitifNya merelakan diasuh atau dipelihara bahka
dilindungi oleh manusia yang adalah ciptaanNya sendiri yakni Maria dan Yusuf.
Tindakan yang demikian adalah pengorbanan, karena dengan tujuanNya harus turun
sampai kepada suatu level yang rendah yakni sama dengan manusia berdosa. Sama
seperti orang berdosa dalam pengertian Dia juga mengalami kelelahan, naluri
untuk makan tetapi tidak berbuat dosa.
b.
Menjadi rupa
seorang hamba atau pengosongan, padahal Dia adalah pencipta.
Pernyataan
pengosongan diri Kristus atau kenosis (dari
kata kerja dalam Fil 2:7) telah dibicarakan di sepanjang sejarah gereja. Ryrie
menyatakan bahwa hal kenosis adalah
suatu nasihat untuk merendahkan diri, menuruti teladan Kristus yang telah meninggalkan
kemuliaan untuk menderita di kayu salib. Tidak seorangpun memaksan Tuhan Yesus
turun ke dalam dunia dan akhirnya mati di kayu salib selaku penanggung dosa.
Menjadi
rupa seorang hamba nyata dalam pribadi Tuhan Yesus saat membasuh kaki murid-muridnya.
Mambasuk kaki orang pada waktu itu adalah tugas seorang budak, tetapi Tuhan
Yesus melakukannya. Hal ini tidak pernah terjadi, dan hanya Kristuslah yang
melakukannya dan itulah moralitas yang paling tinggi dan juga sekaligus
menunjukkan sesuatu yang melampaui rasio manusia, Karena Kristus melakukan
sesuatu yang tidak normal atau tidak sesuatu dengan biasanya.
c.
Membatasi
dirinya dan menjadi manusia sehingga turut merasakan apa yang dirasakan
manusia.
Yang tidak terbatas menjadi terbatas.
Yang tidak kelihatan menjadi kelihatan, Yang transenden menjadi imanen. Yang
jauh menjadi [dekat]. Yang melampaui pencapaian pikiran manusia menjadi dapat
[dilihat]… “Firman itu telah menjadi manusia.” Ia menjadi apa yang sebelumnya
bukan. Ia tidak kehilangan esensinya sebagai Allah, namun Ia menjadi manusia.
4.
Alasan
menjadi manusia
a.
Inisiatif Allah
Inisiatif Allah, artinya keputusan Allah. Dalam
pertimbangan Allah, yang tidak dipengaruh oleh apaun baik itu pribadi maupun
keadaan. Keputusan Allah tidak dapat diselami dengan pikrian manusia yang
terbatas yang penuh dengan dosa. Segala keputusan Allah dilakukan dengan tujuan
untuk mempermuliakan namaNya dan juga untuk kebaikan manusia. Jalan Tuhan tidak
sama dengan jala manusia, itulah yang tertulis dalam kitab Yesaya bahwa: Sebab
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah
firman TUHAN (Yes 55:8). Ini tidak berarti Allah menjadi manusia karena manusia
telah berdosa, walaupun itulah yang difirmanNya yakni Ia datang untuk orang
berdosa bukan orang benar: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,
tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan
orang berdosa" (Markus 2:17). Yang harus digaris bawahi adalah bahwa semua
yang dilakukanlah adalah karena kasih (Yoh 3:16).
Dengan demikian, Allah menjadi manusia adalah
inisiatifNya, yakni karena kasihNya kepada manusia yang begitu besar sehingga Tuhan
Yesus menjadi perantara manusia denganNya. Allah tidak dipengaruhi oleh
keberadaan manusia yang berdosa, melainkan oleh diriNya sendiri yakni mencari
yang berdosa. Manusia menjadi istimewa bukan karena manusia, tetapi karena
Tuhan berinisiatif.
b.
Mendamaikan
manusia dengan Allah
Mendamaikan manusia dengan Allah sebenarnya secara
implicit termuat dalam Kej 3:15, yakni keturunan dari perempuan akan meremukkan
kepala ular (iblis) dengan tumitnya. Ini adalah janji yang pertama kali tentang
penebusan, yakni manusia akan diperdamaikan dengan Allah pada waktunya, bukan
dengan binatang melainkan manusia sempurnah; Adam kedua yaitu Anak Allah yang
tunggal yang dikenal dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus.
Ada empat perikop tentang perdamaikan yang harus
dipikirkan secara khusus, yaitu Rom 5:10; 2 Kor 5:18; Ef 2:11; Kol 1:20.
Dalam bahasa Yunani dipakai istilah καταλλασσω, katallasso
artinya exchange (penukaran)
yakni Yesus Kristus menggantikan tempat manusia untuk dihukum di atas kayu
salib. Gagasan pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak sekarang telah
didamaikan, tadinya berlawanan, dan sekarang perlawanan mereka sudah terhapus.
Menurut Allah kitab orang berdosa adalah seteru Allah (Rom 5:10; Kol 1:21; Yak
4:5). Jadi, jalan mengatasi permusuhan ialah menyingkirkan penyebab timbulnya
permusuhan itu. dalam keadaan tertentu pihak yang bersalah boleh minta maaf,
boleh membayar utangnya, boleh mengembalikan apa yang ia curi: tapi jalan
pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan perseteruan manusia dengan Allah.
Dengan cara demikian Ia menyingkirkan perseteruan manusia dengan Allah, Ia
membuka jalan bagi manusia untuk kembali mendekati Tuhan: inilah pendamaian
itu. Kekudusan Allah menuntut adanya tembok pemisah antara Allah dan manusia. Tetapi karena Allah mau
menjadi manusia sehingga manusia mengalami pendamaian dengan Allah dalam
penebusan yang dilakukan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus.
5.
Dampak menjadi
manusia
a.
Meruntuhkan
tembok pemisah antara manusia dengan Allah
Dalam PL para imam adalah perantara antara umat dan
Allahnya yang berkuasa. Fungsi utamanya adalah membawakan korban-korban, dengan
tugas tambahan mengajarkan hukum Taurat. Tetapi, peristiwa tabut Allah yang
terbelah pada saat Yesus Kristus menghembuskan nafas dan menyatakan bahwa sudah
selesai sebagai simbol bahwa antara manusia dengan Allah sudah diperdamaikan Akses
untuk datang kepada Allah tidak harus melalui manusia, dengan segala korban
bakaran tetapi melalui Tuhan Yesus Kristus.
Dengan demikian pengorbanan Kristus, siapa saja
dapat datang kepada Allah harus melalui imam. Jadi, tidak benar jika seorang
menjadikan dirinya seolah-olah allah dan beranggapan bahwa dia benar dan orang
yang datang kepadanya itulah yang berkenan di hadapan Allah.
b.
Meruntuhkan
tembok pemisah antara manusia dengan manusia
Di dalam Kritus tidak ada lagi diskrimimasi karena
semua dihadapan Allah setara adanya. Hal dimungkinkan karena, Allah itu esa,
atau satu; baik yang memiliki status social level high (tinggi), middle (menengah) dan level low (rendah) semua memilikin Tuhan yang sama. Itulah yang dikatakan
oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, bahwa: Ingatlah, bahwa Tuhan mereka
dan Tuhan kamu ada di surga dan Ia tidak memandang muka (Ef 6:9). Selaras
dengan itu pernyataan yang sama juga dinyatakan kepada Jemaat di Filipi bahwa:
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus (Filipi 2:5). Dengan demikian, maka
diskriminasi seharusnya tidak ada karena Kristus telah mendamaikan manusia
dengan Allah dan dampak secara langsungnya seharusnya menjadikan hubungan manusia dan manusia harus harmonis
C.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
a. Allah menjadi manusia adalah keajaiban dalam sejarah
yang terjadi hanya satu kali oleh pribadi yang ajaib pula yaitu Tuhan Yesus
Kristus.
b. Allah menjadi menjadi manusia adalah kehendakNya
atau inisiatifnya bukan sebagai pengaruh dari pribadi manapun atau keadaan
apapun.
c. Allah menjadi manusia adalah suatu wujud pengorbanan
yang nyata dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus; dalam karyanya sejak kelahiran
sampai kematianNya.
d. Allah menjadi manusia adalah cara Allah melalui
Tuhan Yesus untuk meruntuhkan tembok pemisah antara Allah dengan manusia dan
manusia dengan manusia
2.
Aplikasi
a. Marilah kita meneladani Allah yang relah
menghampakan diri karena kasihNya
b. Marilah dihari natal ini kita memaknai arti natal
ini kita sehingga hubungan antara kita dengan Allah semakin harmonis yang
terwujud dalam kehidupan pribadi, keluarga dan gereja bahkan bangsa.
c. Marilah kita mengeluarkan uang tidak untuk hal yang
sia-sia, melainakn untuk pekerjaan Tuhan yang memproklamasikan bahwa Allah
telah memperdamaikan manusia dengan Allah melalui Tuhan Yesus.
d. Marilah kita membangun hubungan yang harmonis antara
sesame dengan menghapus segala bentuk bentuk diskriminasi di keluarga, gereja
dan bangsa.
Kota Wisata Batu
25 Desember 2013
[1]
Chrissie Martinez, The Greatest Holiday,
(for) Ever!, Buletin Pemuda GRII, Pilar No.125 Desember 2013, hal 5
[2]
Loius Berkhof, Teologi Sitematika:
Doktrin Allah (Surabaya: Momentum, 2013), 91
[3]
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar: Panduan
Populer untuk memahami kebenaran Alkitab, (Yogyakarta: ANDI, 1991), 326
Komentar
Posting Komentar