“IMAN DAN KENYATAAN” (KEJADIAN 21:1-7)

A.    LATARBELAKANG MASALAH
Tentu orang lebih suka apabila masalah-masalah dapat lenyap, bahkan lebih baik lagi kalau tidak pernah ada. Orang yang paling kuat dan pandai sekalipun pada suatu saat akan mendapati bahwa kehidupan berada diluar kendalinya bila masalah itu menghampiri. Kesadaran akan keadaan yang rapuh tersebut biasanya mengguncangkan hati dan menjadikan kita tidak percaya akan keadaan kita.[1]Tekanan atau masalah tidak memandang status manusia atau usia ataupun kebangsaan. Setiap orang harus berurusan dengan tekanan pada suatu tahap tertentu, bahkan anak-anakpun tidak luput.Sering bila orang-orang berhadapan dengan tekanan, maka pikiran mereka mulai kacau tak menentu; pemikiran mereka mendesak mereka.Mereka menyerah kalah lalu lari dari kenyataan; mereka melarikan diri.[2]Dalam situasi seperti ini orang-orang pada umumnya menginginkan perubahan yang kondusif bagi diri mereka.mengharapkan keadaan yang sedemikian membuat mereka mulai mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Sebagai orang Kristen kita diingatkan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikkan kepada orang yang mengasihinya (Roma 8:28).Artinya, segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita adalah dalam pengetahuan dan perhatian Allah.Namun terkadang kita mencari solusi untuk keluar dari masalah dengan cara yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Kita tidak dapat bertahan untuk tetap melakukan kehendak Allah dalam tekanan-tekanan tersebut.Kita menginginkan hasil yang instan dari pada proses, sehingga mencari jalan pintas untuk keluar dari masalah; padahal hal itu belum tentu akan bertahan lama. Tetapi itulah kenyataannya!!
Sebagai orang Kristen masa kini, kita harus belajar banyak dari Tokoh Alkitab, yakni Ayub. Ayub adalah seorang yang saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ayub selalu melakukan persekutuan bersama keluarga dan memberikan persembahan kepada Allah (Ayub 1:1-5).Pernahkah kita berpikir mengenai alasan Allah mengizinkan Iblis untuk mencobai Ayub?Ayub adalah seorang yang baik, tetapi mengapa Allah mengizinkan tekanan atau masalah terjadi dalam hidupnya?Jawabannya akan kita temukan dalam Ayub 42:5, Ayub berkata bahwa “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Dan pada akhirnya keadaan Ayub dipulihkan oleh Allah bahkan lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu (Ayub 42:12).Menakjubkan bukan?Terkadang kita ingin langsung menikmati berkat Allah atau keluar dari masalah tetapi tidak ingin menikmati proses bersama Allah. Bila kita membaca dengan teliti penderitaan yang dialami Ayub kemudian membandingkannya dengan dengan masalah kita maka kita akan sadar bahwa masalah yang dialami oleh Ayub lebih besar.

Hasil tanpa proses adalah kepalsuan yang penuh dengan manipulasi, sedangkan hasil yang diperoleh melalui proses yang sesungguhnya adalah kemurnian yang dapat diuji keasliannya. Allah mengizinkan pelbagai problem,supaya kita semakin kuat dan semakin mengenal Dia lebih dalam lagi.Allah memberikan ujian tidak lebih dari batas kemampuan kita, bahkan pada saat yang bersamaan kita diberikan kekuatan untuk mengatasinya (1 Kor 10:13).
Iman dan kenyataan, kita beriman tetapi terkadang kenyataan membuat iman kita goyah dan meragukan Allah.Ayub dalam kesulitan yang dihadapinya sempat keluar dari mulutnya keluhan-keluhan kepada Allah; Daud seorang raja yang besar pernah berkata “Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus?Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?” (Maz 13:2). Artinya, dalam proses kita sebagai orang yang berdosa memiliki keterbatasan sehingga gejala-gejala seperti yang dialami oleh Ayub dan Daud itu dapat kita alami juga.
Iman dan kenyataan, iman adalah dasar dari kenyataan, artinya janji Allah adalah kenyataannya.Dalam tulisan ini temanya mengenai “Iman dan Kenyataan” dalam konteks kehidupan Abraham dan Sara. Abraham adalah seorang yang dijuluki sebagai Bapa orang beriman, yang akan kita ihat kehidupannya lebih dekat dalam berdasarkan Firman Allah dalam kitab kejadian 21:1-7. Lebih dekat kita mengenal kehidupan Abraham, kita akan semakin mengenal diri kita yang terbatas,selalu membutuhkan pertolongan Allah dalam menjalani kehidupan di dunia ini.Sebaliknya kita akan belajar untuk menemukan tangan Allah yang kuat, penuh kasih sayang dan senantiasa konsisten untuk menerapi janji-janjiNya.

B.     PENGERTIAN ISTILAH
1.      Iman
Secara definisi Ibrani 11:1 menyatakan bahwa imanadalah “Dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Dalam teks Yunani kata iman diterjemahkan dengan πιστις, pistis yang berarti believe,relating to God.[3]Kata ini menjelaskan bahwa Iman adalah realitas, oleh karena Allah adalah realitas yang tidak dapat ditolak yang merealisasikan janjiNya.Bila kita yang berkata beriman atau percaya kepada Allah,maka kitamempunyai hubungan dengan Allah.
Kata percaya atau iman dalam bahasa ibrani terdapat 11 jenis antara lain:‘omen, ‘amen, ‘omman, ‘emun, ‘emuna, ‘omna, ‘amana, ‘umnam, ‘omnam, ‘emet, ‘amon,[4]tetapi semuanya memiliki arti yang hampir sama yaitu percaya, keyakinan, kebenaran, kenyataan. Dalam tulisan ini akan diambil arti istilah dari Kejadian 15:6; oleh karena dalam teks inilah Allah membuat perjanjian tentang keturunan dengan Abraham, kata percayalah Abraham diterjemahkan denganאמן,‘amanyang berarti to support, confirm, be faithful.[5]Di sini Abraham harus disebut secara khusus, sebab seluruh hidupnya membuktikan, bahwa ia sungguh-sungguh percaya kepada Allah, dengan iman yang mendalam. Mengenai dia tertulis, ‘Percayalah ia kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.[6]Kata ‘aman di sini juga mengungkapkan kepercayaan kepada Allah, dan karena itu penerimaan yang penuh keyakinan akan penyataan Allah yang adikodrati tentang kasih karunia yang menyelamatkan.[7]
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa iman adalah hubungan (relational) dengan Allah dan  bergantungan mutlak kepada Allah serta bukti dari kenyataan yang belum dilihat.
2.      Kenyataan
Kenyataan adalah hal yang nyata; yang benar-benar ada,[8] atau real (ing) sungguh-sungguh atau realisation(ing) perwujudan, berwujud.[9]Dari definisi ini maka kenyataan adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ada, berwujud dan dapat diidentifikasi.Gejala-gejalanya dapat teridentifikasi dengan jelas secara empiris. Tetapi bila dikaitkan dengan arti iman maka akan ditemukan kontradiksi dalam maknanya, oleh karena iman adalah dasar dari kenyataan yang bukan empiris atau fisik, melainkan metafisik. Maka dalam tulisan ini “kenyataan”akan dilihat dari dua sudut pandang yaitu fisik dan metafisik.
a.       Kenyataan fisik adalah kenyataan yang bersifat empiris yaitu berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan).Artinya, kenyataan itu dapat diidentifikasi, dilihat dan raba serta dapat difungsikan.
b.      Kenyataan metafisik adalah berhubungan dengan hal-hal yang tidak dapat dilihat. Misalnya, angin. Angin adalah kenyataan metafisik, tetapi dapat dirasakan. Angin tidak dapat dilihat, tapi mampu merobohkan pohon.
Dengan demikian maka kenyataan itu harus dilihat secara utuh bahwa keyantaan fisik dan metafisik adalah bagian yang integral.Kenyataan metafisik adalah penyebab dan penggerak kenyataan fisik; tidak sebaliknya.Kenyataan metafisik adalah Allah yang menyebabkan segala sesuatu.Sadar atau tidak kita di dunia ini dikontrol dan digerakkan oleh kenyataan metafisik, yang kita hanya dapat menerimanya dengan iman.
Abraham adalah tokoh Alkitab yang besar oleh karena keyakinannya yang kokoh kepada Allah, bahkan anaknya yang tunggalpun tidak diperhitungkannya demi ketaatannya kepada Allah, maka disebut sebagai bapa orang-orang beriman.Iman Abraham lebih besar dibanding pelbagai kenyataan-kenyataan yang dihadapi oleh Abraham; walaupun Abraham pernah jatuh dalam dosa. Dalam bagian ini kita akan belajar mengenai iman yang membawa kepada kenyataan, bahwa janji Allah digenapi dalam kenyataan yang pasti. Allah berjanji kepada Abraham dan menggenapi janjiNya kepada Abraham.
C.    PROFIL ABRAHAM
Tempat asal Abraham adalah Ur-Kasdim, kota yang sudah tua pada zaman Abraham.[10] Etimologi nama Abram (Ibrani םרבא, ‘avram Kej 11:27-17:5) tidaklah pasti, tapi mungkin berarti ‘bapak dimuliakan’ dan mirip dengan nama-nama Semit Barat seperti Abiram, Ab( a)ram( a), yang juga terdapat dalam naskah-naskah tulisan paku dari abad 19-18. Sesuai janji dalam perjanjian suci antara Allah dengan Abram dan keturunannya turun-temurun, namanya diganti menjadi Abraham (’avraham) yang berarti ‘bapak sejumlah besar bangsa’ (Kej 17:5). Hal ini telah dianggap lain atau suatu bentuk dialektis dari Abram (h menunjukkan huruf hidup yang panjang seperti bahasa Arab Selatan) atau seperti suatu etimologi populer, karena rhm, ‘banyak’, tidak dikenal.[11] Selaras dengan itu Park mengemukakan makna yang serupadari nama Abraham yakni: nama Abram םרבא berarti “bapa yang tinggi” atau “bapa yang agung”, tetapi pada usia 99 tahun, Allah mengganti namanya menjadi Abraham םהרבא yang berarti “bapa orang banyak” atau “bapa sejumlah besar bangsa” (Kej 17:5). Hal ini menyiratkan bahwa Abraham telah menjadi tokoh utama yang baru dalam penyenggaraan penebusan dari Allah.[12]
Asal kata Ur berarti “terang” dan “api.” Para ahli berpendapat bahwa bahwa kata ini berasal dari upacara penyembahan berhala ketika orang menyembah api di zaman itu. Asal kata ini menunjukkan bahwa Abraham hidup di zaman yang sepenuhnya jatuh ke dalam dosa dan yang penuh dengan penyembahan berhala.[13]Abraham tidak diperkenalkan sebagai orang yang benar, juga sama sekali tidak disebut sebagai orang yang hidup berbeda dengan dunia sekelilingnya. Ayat-ayat lain di Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa keluarga Abraham tidak menyembah Yahweh (bd. Yosua 24:2).Jadi, sebenarnya Tuhan datang kepada Abraham “secara tiba-tiba dan tanpa di duga-duga,”[14]sehingga panggilan dan pemberkatan Abraham merupakan suatu perkembangan baru yang radikal.[15]
Dari penjelasan di atas menunjukkan beberapa hal, antara lain:
a.       Abraham dan keluarga adalah orang-orang yang ada di dalam dosa dengan berbagai bentuk penyembahan berhala.
b.      Abraham dan keluarga tidak memenuhi syarat untuk dijadikan alat bagi Allah.
c.       Perubahan radikal yang dialami Abraham sehingga taat kepada perintah Allah adalah anugrah.
d.      Anugrah Allah lebih besar daripada latarbelakang Abraham dan keluarganya.


1.      Perintah dan janji Allah kepada Abraham “Pertama”(Kej 12:1-3)
Perjanjian (pertama) dengan Abram (selanjutnya Abraham) dimulai dengan firman Allah yang berwujud perintah dan janji:
a.       Perintah Allah :
                                                              i.      Pergi, Perintah itu mengatakan bahwa mereka harus meninggalkan tanah air (daerah yang sarat dengan penyembahan berhala) serta keluarga dan  menuju negeri yang akan di tunjukkan oleh Allah nanti.[16]
                                                            ii.      Jadi Berkat, Selain perintah untuk pergi, bila suatu hari kelak telah mengalami janji maka Abraham harus menjadi berkat bagi semua bangsa. “Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
b.      Janji Allah :
                                                              i.      Otoritas dan kejayaan, Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur.
                                                            ii.      Perlindungan, Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau.
2.      Allah menampakkan diri dan berfirman “Kedua” (Kej 12:7) : Janji Allah
Setelah Allah menuntun dan menolong Abraham berserta keluarga dalam perjalanannya dari Haran ke Kanaan, dan saat berada di Sikhem Tuhan menampakkan diri dan berfirman: “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Allah kembali melakukan perjanjian kepada Abraham bahwa tanah tersebut yang telah dilihat akan diberikan kepada Abraham, walaupun orang aslinya masih ada disitu. Dalam ayat ini menunjukkan ibadah yang pertama dilakukan Abraham bersama keluarga untuk menyembah Yahweh, yang mana di tempat tersebut dibangun mezbah bagi Tuhan.Dalam ayat ini juga ditemukan perjanjian Allah tentang keturunan atau anak, walau nanti pada pasal 15 Allah berbicara secara spesifik.

D.    PROLEM DALAM PENANTIAN: PROSES ALLAH MEREALISASIKAN JANJINYA KEPADA ABRAHAM
Abraham beberapa kali jatuh dalam dosa oleh karena mengandalkan pikirannya sendiri.Abraham mencoba menggenapkan janji Allah dengan usahanya sendiri, yang tentunya tidak sesuai dengan kehendak Allah.
1.      Mengandalkan diri sendiri (12:10)
Paceklik (musim kekurangan bahan makanan) sering melanda Kanaan.Bencana ini tidak bisa dicegah. Satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah pindah ke Mesir di mana sungai Nil menyediakan air yang cukup untuk ternak dan pertanian. Abram dan kelompoknya yang besar kemudian berpindah ke Mesir. Kata Ibrani gûr, tinggal, berarti akan tinggal menetap untuk sementara. Begitu paceklik reda, Abram akan kembali ke Palestina.[17]Dalam Kej 12:10 tidak ada laporan bahwa Abraham berdoa kepada Tuhan untuk meminta petunjuk atau pertolongan, ayat itu melaporkan bahwa ketika timbul kelaparan maka pergilah dia bersama keluarga sebagai orang asing di Mesir.Seharusnya Abraham berdoa kepada Tuhan, oleh karena sebelumnya dia telah membuat ibadah perdana bersama keluarganya.
Manusia adalah manusia yang terbatas, karena ciptaan; sedangkan Allah tidak terbatas dalam segala hal karena sebagai pencipta.Seharusnya manusia atau dalam hal ini Abraham bertanya kepada Allah, minta petunjuk, memohon pertolongan supaya bisa mengatasi masalah dan keluar dari masalah.Suatu kebenaran yang mutlak adalah bahwa bila dalam hidup ini kita tidak mengundang Tuhan untuk terlibat dalam eksistensi kita secara total maka akibatnya adalah akan melahirkan kesulitan-kesulitan.Waktu kita tidak memohon petunjuk Tuhan, seringkali kita menerka-nerka sesuatu yang akan terjadi nanti, walaupun kadang terkaan kita sering meleset. Oleh sebab itu, kita harus berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan yang hanya satu kali.
Memang tidak ada laporan bahwa Abraham tidak mengindahkan Tuhan, tetapi dalam teks ini secara implisit terkandung unsur-unsur menomor duakan Tuhan dalam membuat keputusan.Akibat langsung dari tidak mengikut sertakan Tuhan dalam mengatasi persoalan adalahberbohong bahwa isterinya adalah adiknya. Siasat yang dipakai Abraham pertama-tama dimaksudkan untuk menutupi kedudukannya sebagai suami karena akan membawa keuntungan tambahan.[18] Ketakutan mencengkeram Abraham sehingga membayangkan bahwa Firaun akan berusaha membunuhnya untuk dapat menjadikan Sarai salah satu gundiknya. Mengingat kemungkinan tersebut, Abraham memikirkan rencana untuk mengakui istrinya sebagai saudara, sementara ia menenangkan nuraninya dengan pikiran bahwa Sarai memang adalah adik tirinya sendiri. Tindakan tersebut memalukan.[19] Padahal sebelumnya Abraham telah menerima janji perlindungan yakni Allah akan mengutuk orang yang mengutuk dia.
2.      Meragukan Tuhan (Kej 15:2-4)
Ayat melaporkan bahwa Abraham telah mempersiapkan Eliezer sebagai ahli waris rumahnya atau hartanya. Abraham merasa Tuhan tidak mungkin menggenapi janjiNya bagi dia.Tuhan menjanjikan bahwa keturunannyalah akan mewarisi tanah yang Tuhan tunjukkan (Kej 12:7), tetapi Abraham ragu. Keraguan Abraham mengakibatkan dia ingin menggenapi janji Tuhan dengan caranya sendiri.Abraham berkata: Apakah yang akan Engkau (Tuhan) berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak. Engkau (Tuhan) tidak memberikan kepada ku keturuanan lanjutnya (Kej 15:2-3).Tetapi pengasihan Allah lebih besar bagi Abraham sehingga meyakinkan Abraham bahwa Eliezer orang Damsyik itu bukanlah ahli waris yang dimaksudkan Allah, tetapi betul-betul seorang anaknya sendirilah yang akan menggenapi secara melimpah setiap nubuat.[20]
3.      Menyetujui pendapat Sara
Abraham dan Sara sudah menikah selama bertahun-tahun.Belum ada anak yang lahir untuk mencerahkan rumah tangga mereka dan untuk menggenapi nubuat-nubuat yang indah tersebut.Sekalipun demikian Tuhan sangat jelas menjanjikan keturunan (bdg. Kej 15:4). Seiring dengan bergantinya tahun, ketidakcocokan di antara janji Allah dengan keadaan sesungguhnya menjadi makin nyata.Kenyataan ini membuat Abraham dan Sara berusaha keras untuk “membantu” Allah menggenapi janji-Nya. Mereka mengenal ajaran langsung dari Kej 2:24 dan mengetahui bahwa mereka harus menaati norma yang tinggi tersebut. Bagi seorang laki-laki, mengambil istri kedua atau seorang gundik merupakan tindakan dosa. Sekalipun demikian, di dalam usaha mereka membantu Allah menggenapi janji-Nya, Sarai bersedia melupakan norma ilahi tersebut dan memberikan seorang budak perempuannya, Hagar, kepada Abraham dengan harapan Hagar dapat melahirkan seorang putera bagi keluarga itu.Mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak, kata Sara.Pada saat laki-laki dan perempuan membiarkan iman mereka kalah, mereka terpaksa menggunakan akal manusia.Budak perempuan Mesir itu dibawa ke dalam kemah Abram sehingga dapat dibangun sebuah keluarga.Tetapi perselisihan dan sakit hati kemudian melanda keluarga ini sebagai akibatnya.[21]
Beberapa hal yang telah dijelaskan di atas seringkali juga terjadi dalam perjalanan mengiringi Tuhan. Allah berjanji kepada Abraham lima kali, antara lain sebagai berikut:
a.       Kej 12:7 janji tentang keturunan “Pertama”: Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: "Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu." Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya
b.      Kej 15:4 janji tentang keturunan “Kedua” : 4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu."
c.       Kej 15:18 janji tentang keturunan “Ketiga” : Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat:
d.      Kej 17:7-9, 16 janji tentang keturunan “Keempat” :Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka." Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya."
e.       Kej 18:10 janji tentang keturunan “Kelima” :  Dan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.

E.     IMAN DAN KENYATAAN
Terkadang kenyataan yang tidak sesuai harapan membuat seorangmulai membuat perencanaan sendiri, tanpa melibatkan Tuhan di dalam perencanaan itu. Bila cara yang ditempuhnya juga tidak menemukan hasil yang inginkan maka akan mengalamai emosi yang belebihan sehingga mengarah ke depresi,dan emosi yang begitu tidak terkendalikan mengakibatkan kita harus terperangkap dalam persoalan yang negatif.[22]Dalam keadaan seperti ini kadang kita lupa dengan janji Tuhan bahwa senantiasa akan memberikan jalan keluar dari masalah-masalah (1 Kor 10:13) dan akan turur bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rom 8:28).
Abraham dan Sara mengalaminya masalah dalam proses penantian janji, bahkan jatuh dalam berbagai-bagai pelanggaran (lihat penjelasan di atas).Secara manusiawi untuk mengeluh bahkan meragukan tidak dapat terelak lagi, karena kenyataan menunjukkan bahwa memiliki keturunan adalah suatu kemustahilan. Kejenuhan pun timbul karena Allah telah berjanji lima (5) kali terhadap Abraham tentang keturunannyalah yang akan mewarisi hartanya. Bila di hitung maka total waktu penantian itu adalah 25 tahun, oleh karena diusia 75 tahun Abraham dipanggil (Kej 12:4) dan pada usia 100 tahun ishak Lahir(Kej 21:5).Dalam perpektif manusia, Abraham dan Sara tidak mungkin mendapat keturunan lagi, oleh karena keduanya telah lanjut usia dan Sara telah mengalami menopause (Kej 18:11). Tetapi Allah yang penuh kasih tetap merealisasikan janji kepada orang yang tidak setia dan ragu-ragu kepadaNya.Inilah anugrah, bukan karena Abraham baik tetapi karena dia beroleh kasih karunia Allah.
Iman adalah dasar dari kenyataan itu, apa yang kita minta harus dengan iman, sebab orang tidak berkenan kepada Allah tanpa iman (Ibrn 11:6), pada ayat sebelumnhya dikatakan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrn 11:1).Harus beriman bahwa Allah tetap merealisasikan janjiNya.Di bawah in akan dipaparkan bagaimana Allah merealisasikan janjinya bagi Abraham, antara lain:

1.      Allah memperhatikan (Kej 21:1)
Memperhatikan dalam kata Ibraninya ialah דקפ, pãgãd, "mengunjungi," dalam arti "berkunjung untuk membawa hukuman atau berkat."Di dalam hal ini yang dibawa Allah ialah sebuah berkat yang berharga.Kuasa dan kasih karunia ilahi mengadakan mukjizat.[23]Lebih lanjut, kata pãgãd mempunyai bentuk kata kerja yang menjelaskan mengenai to attend, muster, number, reckon, visit, appoint, look after, care for.[24]Perhatian Allah bukan hanya dalam ayat ini saja, tetapi mulai dari pertama kali Abraham dipanggil keluar dari tanah Ur-Kasdim.Perhatian Allah diwujudkan melalui pertolongan-pertolonganNya bagi Abraham dalam menghadapi masalah baik itu kelaparan maupun peperangan.Perhatian Allah juga diwujudkan melalui janji-janji yang selalu disampaikan kepada Abraham sebanyak lima kali (lihat di atas).
Allah selalu memperhatikan kita, walaupun kadang kita yang tidak menyadarinya. Dalam Mazmur 121:4 Firman Tuhan berkata bahwa Allah adalah Penjaga Israel yang  tidak pernah terlelap dan tidak tertidur, senantiasa ada untuk orang pilihan.Oleh sebab itu meragukan perhatian Tuhan bagi kita adalah hal yang harus dihindari karena itu akan melahirkan pelanggaran dan pemberontakan.Sebaliknya kita harus terus-menerus mengimani, meyakini bahwa Allah memperhatikan dan menjaga kita dalam segala situasi (in all situation) sehingga dalam keadaan sukar sekalipun, kita masih dapat menaikan doa pujian dan syukur kepada Tuhan. Firman Tuhan berkata: Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka (Kis 16:25)
2.      Allah bertindak  menggenapi janjiNya (Kej 21:1b)
Melakukan dalam bahasa ibrani adalah עשׂה, ‘asah yaitu do[25]atau menyelesaikan. Dalam Theological Wordbook of the Old Testament kata ‘asa berarti The verb ‘asa has the basic connotation of "do" or "make."[26]Hal ini menunjukkan bahwa Allahlah yang menyelesaikan atau menggenapi janji. Bila Allah telah bertindak maka segala sesuatu akan terjadi, sebab tidak ada yang mustahil bagiNya. Lukas 1:37 menyatakan bahwa “sebab bagi Allah tidak ada yang mutahil.”
Dalam merealisasikan janjiNya, Allah bertindak sendiri tanpa campur tangan dan pertimbangan pihak lain. Kata עשׂה, ‘asah menunjukkan bahwa tindakkan Allah tergenapi dan selesai sesuai janjiNya, artinya konsekuensi dari janji adalah harus menggenapinya.Pepata mengatakan bahwa “janji adalah utang”, tetapi di sini Allah tidak berhutang kepada Abraham dan Sara melainkan sebaliknya.Artinya, Allah menggenapi janjinya bukan karena berutang janji kepada Abraham, tetapi karena inisiatif dan keputusannya sendiri yang tentu melampaui rasio manusia.Tindakan Abraham dan Sara untuk merealisasikan kehendak Allah selalu gagal dan menemukan kesukaran, oleh karena hanya Allah yang menggenapi bukan manusia.
3.      Realitas tindakan Allah (Kej 21:2)
Sesuai dengan janji-Nya, Allah menganugerahkan seorang anak laki-laki kepada Abraham dan Sara. Setiap nubuat dalam perjanjian akan digenapi secara ilahi melalui putra Abraham ini. Sang ayah dengan sukacita memberi nama kepada bayi itu, dan mendapat kehormatan untuk menyunatinya ketika ia berusia delapan hari. Sebe­tulnya, kalau sepasang suami istri bisa mempunyai anak, maka itu pasti merupakan pekerjaan Tuhan (bdk. Maz 127:3), tetapi lebih-lebih dalam kasus Ishak ini, dimana Abraham sudah berusia 100 tahun (Kej 21:5), dan Sara adalah perem­puan mandul yang berusia 90 tahun dan sudah mati haid / menopause (bdk. Rom 4:19)![27]
Inilah realitas tindakan Allah, siapa sangka seorang yang telah menopause mengandung.Secara biologis hal ini adalah suatu kemustahilan, tetapi tidak mustahil bagi Allah.Tindakan Allah melampaui logika manusia.Tindakan Allah hanya akan membuat kita kagum dan tidak dapat berkata karena begitu spektakuler. Allah sudah, sedang dan akan melakukan hal-hal besar dan spektakuler bagi kita semua. Jangan kita pesimis, rendah diri dan kecewa seolah-olah tidak ada karya Allah besar dalam hidup kita, Allah telah, sedang dan akan terus-menerus melakukan hal-hal yang luar biasa.
4.      Akibat iman
Berkatalah Sara: "Allah telah membuat aku tertawa; setiap orang yang mendengarnya akan tertawa karena aku." (Kej 21:6). Allah membuat kita tertawa: puji Tuhan. Kata tertawa dalam terjemahan ibrahani adalah צחק, sahaq yang berarti laughter, yang menjelaskan mengenai tertawa yang disertai dengan komentar.Kata tertawa mengandung arti ketidakpercayaan sementara, kagum, dan sebagai ungkapan kegembiraan.[28]Tertawa ini juga merupakan julukan atau arti dari nama Ishak tersebut. Dalam terjemahan ibrani Ishak adalah יצחק,Yitschaqyang berarti he laughs;[29] sedangkan dalam teks Yunani Iσαακ,Isaakyang berarti to laugh.[30]Jadi, julukan Ishak adalah tertawa yang diambil dari respon Sara serta orang yang disekitarnya yang heran akan mengandungnya Sara dan lahirkannya Ishak pada usia lanjut yaitu 90 tahun.
Laporan dari ensiklopedia bahwa: mendengar pemberitahuan Abraham tertawa (Kej 17:17), dan kemudian Sara sendiri tertawa saat memikirkan bahwa dia yang sudah begitu tua akan melahirkan seorang putra (Kej 18:12-15). Waktu Ishak lahir Abraham berusia 100 thn, dan Sara menyatakan bahwa Allah membuat dia tertawa (Kej 21:6).Pada hari Ishak disapih, Ismael menertawakannya (Kej 21:9, harfiah).Sulit menemukan pokok kalimat yg tepat untuk kata kerja ini, dan mungkin lebih baik memahaminya sebagai “ada yang menertawakan.”Beberapa ahli menerjemahkannya “Allah ketawa”, tapi tiada alasan untuk terjemahan ini.[31]Dunia dan iblis membuat kita menangis sedih dan putus asa tanpa pengharapan, tapi Allah kita di dalam Tuhan Yesus membuat kita senantiasa bersukacita dan menikmati hidup ini dengan sukacita. Firman Tuhan berkata: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4). Rancangan Allah tidak dapat terselami, begitu juga dengan dampak iman tak terbayang dan mengagumkan bahkan tak terkatakan.
Akibat iman itu juga dapat dilihat dari kehidupan Abraham selanjutnya, yakni Allah mengaruniakan umur yang panjang sehingga tidak hanya melihat melainkan ikut menikmati anugrah yang telah digenapi.Kej 25:7 melaporkan bahwa Abraham meninggal pada usia 175 thn dan dikuburkan di Makhpela. Usia yang ke 175 ini menunjukkan bahwa Allah mengizinkan Abraham untuk menimati anugrah itu selama 75 Tahun. Proses penantian janji 25 tahun, tetapi Tuhan menggantikannya dengan 75 tahun, berarti 50 tahun adalah bonus, sungguh luar biasa. Allah mengubah kesedihan menjadi sukacita bagi Abraham dan Sara, bahkan Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati Abraham dan Sara: semua yang disediakan Allah (1 Kor 2:9).

F.     PENUTUP

1.      Kesimpulan
Dengan demikian maka iman adalah dasar kenyataan yang belum terlihat dan imanlah yang akan membawa seorang menemukan kenyataan itu bersama Allah. Iman berarti relating to God, artinya adanya ketergantungan yang mutlak kepada Allah, bahwa Allah pasti akan merealisasikannya janjiNya.Dari penjelasan ini maka kita dapat mempelajari beberapa hal berkenaan dengan topik “Iman dan Kenyataan”, antara lain:
a.       Diperlukan ketabahan dalam menanti janji Allah yang diwujudkan dalam ketaatan melakukan kehendak-kehendakNya.
b.      Proses realisasi penggenapan janji Allah tidak bersifat instan, oleh karena Allah tahu kapan waktu yang tepat untuk merealisasikannya.
c.       Janji Allah tergenapi kepada kita bukan karena kita adalah seorang yang baik, mampu menyogok Allah, melainkan karena kasih karunia Allah semata.
d.      Rancangan Allah tidak dapat diselami oleh manusia, tetapi pada akhirnya akan dialami oleh manusia (Ul 29:29).




2.      Aplikasi
a.       Mari kita terus-menerus bersyukur karena Allah setia menggenapi janjiNya.
b.      Mari kita meningkatkan hubungan (iman) kita dengan Allah supaya kita mengerti kehendakNya.
c.       Mari kita terus beriman dan sabar menanti penggenapan janji Allah.
d.      Mari kita bersukacita atas perbuatan Allah yang spektakuler dalam hidup kita.
Akhirnya, Janji Tuhan bahwa :Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1 Kor 10:13)




[1] Creath Davis, Mengatasi Krisis Kehidupan, (Bandung: Kalam hidup), 13
[2] Robyn Gool, Mengubah Tekanan menjadi Pujian,(Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil “Imanuel”, 1993),  1
[3]Program sabda: Leksikon Yunani<4102>.
[4]Program sabda: Theological Wordbook of the Old Testament, <0539>
[5]Program sabda: Leksikon Ibrani,  <0539>
[6]Program sabda: Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
[7]Donald Gutrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian-Ester (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 35
[8]KBBI
[9]Kamus 2.04, Copyrighted ©2006-2009 by Ebta Setiawan

[10] Donald Gutrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian-Ester (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 35
[11]Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
[12]Abraham Park, Silsilah Di Kitab Kejadian, (Jakarta: GRASINDO, 2007), 202
[13] Abraham Park, Silsilah Di Kitab Kejadian, (Jakarta: GRASINDO, 2007), 203
[14] Andrew E. Hill dan John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gadum Mas, 1996), 152
[15] D. A. Hubbard dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan sejarah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),  137
[16]Donald Gutrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian-Ester (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 100
[17]Program Sabda: Tafsiran Alkitab Wycliffe, <Kej 12:10@309>.
[18]Donald Gutrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1: Kejadian-Ester (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 101
[19]Program sabda: Tafsiran Alkitab Wycliffe, <Kej 12:11@310>.
[20] Program sabda: Tafsiran Alkitab Wycliffe, <Kej 15:2@363>.
[21] Program sabda: Tafsiran Alkitab Wycliffe, <Kej 16:1@383>.
[22]Creath Davis, Mengatasi Krisis Kehidupan, (Bandung: Kalam hidup), 50
[23] Program sabda: Tafsiran Alkitab Wycliffe,  <Kej 21:1@515>.
[24] Program sabda: Leksikon Ibrani, <06485>.
[25] Program sabda: Leksikon Ibrani, <06213>.
[26] Program sabda: Theological Wordbook of the Old Testament,<06213>.
[27]Eksposisi Kitab Kejadian. Budi Asali

[28] Yune Sun Park, Tafsiran Kitab Kejadian (Batu: Departemen Literatur YPPII, 2002), 165-166
[29]Program Sabda: Leksikon Ibrani, <03327>
[30]Program Sabda:Leksikon Yunani,<2464>
[31]Program Sabda: (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini) <@935>

Komentar

Postingan Populer