BUKAN ASAL HIDUP (2 Korintus 5:15; Kis 3:11-26; Galatia 2:19-20)
Dan Kristus telah mati untuk semua
orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi
untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka
1.
Pendahuluan
Krisis
membuat seseorang, harus bergulat untuk
mempertahankan hidup. karenanya, kecenderungan untuk memandang kebutuhan diri
sendiri menjadi besar. Kebutuhan diri rasanya tidak pernah cukup. Pergumulan
dan masalah rasanya tidak habis-habisnya. Tidak sempat lagi memandang keluar
dan melihat kebutuhan orang lain karena terlalu sibuk memandang ke dalam.
Masalah menutup mata rohani untuk melihat kemuliaan Allah yang jauh lebih besar
dari pada masalah.[1] Oleh karenanya seringkali
masalah sosial, politik dan ekonomi
menghasilkan manusia yang individualistik. Pribadi yang hanya
berorientasi kepada dirinya sendiri bahka lebih luas hanya kepada keluarga dan
gereja.
Di sisi lain, cenderung lebih berfokus `ke dalam`. Pelayanan
kristiani hampir seluruhnya di dalam gereja dan hanya melayani orang-orang
Kristen saja. Perhatian seluruhnya terserap hanya untuk memikirkan
gereja-gereja. Sangat sedikit gereja yang memerhatikan pekerjaan misi yang
perhatiannya ditujukan pada dunia di luar tembok gereja, hal yang membuat
`hamba Tuhan` aman di dalam lingkungan gereja, di tengah-tengah lingkungan
orang-orang Kristen.[2]
Kekristenan menolong setiap orang
untuk hidup dengan benar, bahkan dikatakan hidup yang berkelimpahan, hidup yang
memperkenan hati Allah, hidup yang bermakna dan berguna.[3] Hidup
yang beekelimpahan itu harus dirasakan oleh orang lain juga. Hidup yang
berkelimpahan tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri, keluarga dan gereja
saja, melainkan oleh orang yang ada di luar gereja. Hidup yang didapatkan dari
kematian Kristus seharusnya membawa seorang Kristen untuk lebih giat dalam
pekerjaan misi. Firman Tuhan menyatakan : Sebab
aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk
Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus. namun aku hidup, tetapi bukan lagi
aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku
yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah
yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (Gal 2:19-20).
2.
Kristus
telah mati
Kristus adalah Allah sendiri, yang lalu menjadi manusia
dengan tujuan utama untuk menderita dan mati bagi manusia yang berdosa (Mat
20:28 Yoh 12:27 Ibr 2:14,16-17 1Pet 1:18-20).[4]
Ketika seorang datang kepada Kristus, dia adalah manusia berdosa dan dengan darah-Nya,
Tuhan Yesus menebus, Ia mati karena dosa manusia dan untuk melepaskannya dari
dosa. Waktu seorang menerima Kristus, kita bertobat, meninggalkan dosa. Dia
mati terhadap dosa. Seorang mati bersama
Kristus terhadap dosa, dan karena itulah dia dapat dibangkitkan bersama
Kristus; atau memiliki hidup kebangkitan Kristus.[5]
3.
Kristus
mati untuk semua orang
Semua manusia adalah manusia berdosa
yang sama sekali tidak layak dikasihi, apalagi ditebus dengan pengorbanan
sebesar itu. Tetapi inilah kasih karunia Kristus, yang rela memberi penebusan/
anugerah keselamatan kepada manusia, padahal manusia sama sekali tidak layak
untuk diberi apapun, kecuali kutukan dan hukuman kekal di neraka. Kata ‘untuk’
berasal dari kata Yunani υπερ, huper
yang berarti ‘instead of / in place of’ (= sebagai pengganti). Orang
yang telah digantikan oleh Kristus dalam memikul hukuman, pasti tidak mungkin
dihukum, karena kalau ia tetap dihukum itu berarti Allah menagih hutang yang
sudah dibayar oleh Kristus! Itu jelas tidak adil![6]
4.
Tujuan kematian Kristus
a. Menghidupkan
Kata Yunani untuk hidup adalah ζαω, zao yang artinya enjoy real life[7]
(menikmati kehidupan yang sesungguhnya). Hidup yang sesungguhnya adalah
hidup yang berorientasi kepada Kristus. Hidup yang menyerahkan diri secara
total kepada Kristus, pikiran, perkataan dan perbuatan semuanya hanya bagi
Kristus. Inilah hidup itu!! Selain itu, bertanggung jawab untuk merawat diri
dan mengarahkan untuk hidup benar dan menyerahkan diri dipakai untuk kemuliaan
Allah. Di sisi lain, kita harus melawan “diri dosa” yang ada di dalam diri
kita. Musuh terbesar setiap orang ialah dirinya sendiri. Jika membiarkan “diri
dosa” ini bertumbuh dan menguasai hidup maka akan mengalami kehancuran.
Paulus pun bergumul akan hal ini,
setelah mengenal Kristus, dia dibukakan untuk menyadari bahwa di dalam dirinya
ada kuasa kejahatan yang harus ditaklukkan, tetapi ternyata tidak dapat dia
kalahkan, dan jalan keluar itu ialah jika diri dosa itu mati baru dia lepas
cengkeramannya (Rom 7:1-6). Memahami hal ini, Paulus berkata: bahwa dia disalibkan bersama Kristus,
sehingga sekarang Kristus yang hidup di dalam dirinya. Sekarang bukan lagi dia
yang hidup, melainkan Kristus yang menghidupi hidup Kristus dalam diri kita
(Gal. 2:19b-20).
b. Hidup untuk sesama
Hidup bagi Kristus dinyatakan dalam
relasi dengan sesama yaitu memperlakukan orang lain sebagai gambar Allah yang
harus dihormati, dan tidak dihina, sebab itu sama seperti menghina Allah yang
menciptakannya. John Calvin mengatakan: “karena
seseorang adalah gambar Allah, maka kita wajib mengasihinya, sekalipun orang
itu telah menyakiti kita.” Demikian juga, jika seorang hidup bagi Kristus,
maka harus memaafkan sesama, seperti Kristus telah mengampuni. Hidup bagi
Kristus berarti tidak mencari kepentingan diri, tidak mencari kesenangan
sendiri, tetapi melakukan apa yang memperkenan hati Tuhan.
Rasul Petrus adalah seorang yang
luar biasa setalah diperbaharui komitmennya oleh Tuhan Yesus. Kisah Para Rasul
3:11-26 mencatat bahwa dirinya diri telah mengalami perubahan secara paradigm
dan world view sehingga seluruh khotbahnya berpusat kepada Kristus. Petrus
mengatakan bahwa: Karena itu sadarlah dan
bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangka waktu kelegaan,
dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus (Kis
3:19-20).
Hidup bagi sesama artinya, tidak
hanya beragama dengan menjalani aktivitas kerohanian yang rutin, melainkan menghayatinya
dan menerapkannya secara komperhensif. Hidup bagi Kristus adalah hidup yang
komperhensif, tidak hanya bagi diri sendiri, keluarga dan gereja tetapi juga
bagi masyarakat dan bangsa. Hidup bagi Kristus berarti juga hidup yang rela
berkorban dan mengikuti tujuan Kristus yang mati. Secara nyata yang dapat
dilakukan adalah mengkomunikasikan kabar baik sehingga sesama kita mendengar
dan mengalami kehidupan yang sesungguhnya dari Kristus.
c. Membawa bau harum bagi Kristus (2
Kor 2:14-15)
Firman Tuhan
mengatakan: Tetapi syukur bagi Allah,
yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan
perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.
Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah
mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa (2 Kor 2:14-15).
Hidup kita harus membawa bau yang harum, bukan membawa bau kematian.
d.
Mengeluarkan
buah-buah yang kekal
e.
Menjadi surat
Kristus
Firman Tuhan mengatakan
: Karena telah ternyata, bahwa kamu
adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan
tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu,
melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia (2 Kor 3:3).
f. Investasi
Firman Tuhan mengatakan : Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai
dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur
benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Maz
126:5-6).
5.
Penutup
a. Kesimpulan
-
Dalam
waktu yang “terbatas” mari kita daya gunakan hidup ini untuk memuliakan nama
Tuhan Yesus.
-
Bukan
asal hidup berarti kehidupan yang berjalan sesuai kehendak dan tujuan Allah.
-
Bukan
asal hidup berarti kehidupan yang bermakna bagi diri sendiri, keluarga, gereja
dan masyarakat dan bangsa.
-
Bukan
asal hidup berarti kehidupan yang berorientasi kepada Kristus secara
komperhensif mulai dari pikiran, perkataan, dan perbuatan.
-
Bukan
asal hidup berarti kehidupan yang rela berkorban bagi sesama dalam segala
bidang kehidupan, baik itu sosial, ekonomi dan politik.
b. Aplikasi
-
Marilah
kita memiliki kehidupan yang berjalan dalam kehendak da tujuan Allah.
-
Marilah
kita memaknai kehidupan kita secara komperhensif mulai dari diri sendiri,
keluarga, gereja bahkan masyarakat dan bangsa.
-
Marilah
kita berorientsi secara utuh bagi kristus dengan menggunakan pikiran, perkataan
dan perbuatan.
-
Marilah
kita berani berkorban seperti Kristus dalam segala bidang kehidupan.
Komentar
Posting Komentar