KEKAYAAN YANG BERKELIMPAHAN “DALAM KRISTUS” (Efesus 1:3-14)


Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga (Efesus 1:3)


A.    Pendahuluan
         Ada begitu banyak kekayaan yang luar biasa dalam hidup kita didalam dunia ini, tetapi sering kekayaan itu tersembunyi dan tidak dilihat, bahkan secara umum kita hanya melihat kekayaan yang bersifat lahiria (sementara), tetapi kekayaan yang bersifat prinsip, tahan uji, tahan lama tidak di lihat. Secara umum umat manusia kesehariannya hanya mengejar kekayaan, sementara kekayaan yang dikejarnya itu hanya seperti hidup mengejar angin atau menjaring angin. Hal ini dapat digambarkan dengan kata bijak berikut: “meniggalkan api, mengejar asap.”
        Ada begitu banyak orang hidup dalam kuatir atau hidup dalam kecemasan yang berlebihan dalam menjalani hari-hari mereka. Keadaan yang seperti ini, sebagai akibat tidak memahami rahasia kekayaan yang sesungguhnya; sebaliknya jika seseorang  memahami rahasia kekayaan akan hidup dalam ucapan syukur. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah seperti apa kekayaan itu? Siapa sumber kekayaan? Apa bentuk-bentuk kekayaan yang sejati itu dan bagaimana mencapainya?
B.     Sumber Kekayaan
         Kepada umatNya telah diberikan  kekayaan atau berkat yang tidak ternilai harganya dan kekayaan itu terjaga dengan baik.[1] Sumber kekayaan itu adalah Kristus. Jadi sumber berkat adalah Allah Bapa dalam Tuhan Yesus, bukan setan, malaikat, ataupun manusia walaupun Allah bekerja melalui manusia. Inilah kekayaan yang sesungguhnya.
         Allah mengaruniakan kepada kita berkat rohani yang berada dalam sorga ini merupakan sesuatu yang istimewa karena, jika berbicara di dalam sorga berarti pernyataan Firman Tuhan ini bersifat profetik, akan tetapi jika kita membaca selanjutnya maka berkat berupa dipilih, diangkat menjadi anak, dan sebagainya itu dikerjakan sebelum dunia dijadikan. Hal ini menarik untuk kita teliti sebagai suatu upaya untuk memahami esensi dari frasa. Sebelum lebih lanjut kita mengulas mengenai rupa-rupa berkat tersebut maka terlebih dahulu kita  harus memahami frasa “di dalam sorga”
         Sebelum lebih jauh mengetahui apa maksud frasa “di dalam sorga” ada baik kita mengetahui latarbelakang sejarahnya. Firman Tuhan mengenai kekayaan akan sangat berarti bagi para pembacanya, karena Efesus dianggap sebagai Bank Asia. Salah satu tuju keajaiban dunia, kuil artemis, berada di Efesus, dan bukan hanya sebagai pusat penyembahan berhala, tetapi utama juga sebagai tempat penyimpanan kekayaan sejati. Sebagian harta kekayaan yang bernilai seni yang terbesar dari zaman kuno, disimpan di dalam bangunan yang megah ini. Dalam surat ini, Paulus menunjukan bahwa jemaat Kristus mempunyai kekayaan yang jauh lebih besar dibanding kekayaan yang ada di Efesus.
         Dalam bahasa asli Alkitab, bahasa Yunani. Ungkapan εν επουρανιος, en epouraniois, yang diterjemahkan di sini dengan “di dalam sorga” sebenarnya berarti bersifat sorgawi. Dari nas-nas, di mana ungkapan ini dipakai (selain dari 1:3, juga 1:20; 2:6; 3:10; 6:12) nyata, bahwa yang dimaksud di sini dengan “epouraniois”, bukanlah “sorga”  (atau “lapisan sorga”) dalam arti yang biasa, tetapi “tempat” di mana Kristus bersemayam dan memegang pemerintahan, juga atas penguasa-penguasa angkasa (2:2), penghulu-penghulu dunia, roh-roh jahat (6:12), dan lain-lain, yang ada di sana. Jadi “tempat”, yang tidak dapat kita lihat dan raba dengan pancaindera kita.[2]
         Sekalipun frasa “di dalam sorga” sifatnya juga dipakai di bagian lain, di Perjanjian Baru frasa ini hanya dipakai dalam surat Efesus (Ef 1:3; 1:20; 2:6; 3:10; 6:12)[3]. Yang dimaksudkan dari frasa ini ialah suasana dari hubungan kita dengan Kristus, kita belum sungguh-sungguh di sorga; tetapi panggilan kita sifatnya sorgawi; kuasa yang ada pada kita untuk hidup setiap hari sifatnya sorgawi; pemeliharaan Allah sifatnya sorgawi. Perhatikan pengulangan frasa di dalam Kristus di sepanjang surat ini. Hanya di dalam Dia saja kita berkesempatan menerima semua berkat ini.[4]
         Dengan demikian maka, maksud pernyataan: “di dalam sorga”  adalah suatu berkat yang sifatnya profetik tetapi sekaligus sudah kita terima saat ini, walaupun keberadaan kita masih di dunia ini. Ini suatu paradox[5] dalam iman Kristen yang sangat ajaib dan melampaui rasio manusia. Pernyataan yang ditulis ini pararel dengan pernyataan Tuhan Yesus dalam doa Bapa kami: “.., datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga” (Matius 6:10). Maka berkat sejati yang melimpah itu kita terima di dunia ini, dan berkat itu akan lebih sempurna setelah masuk sorga.
C.    Bentuk-bentuk kekayaan
1.      Dipilih
Pemilihan untuk diselamatkan merupakan bagian dari doktrin keputusan kehendak Allah. Topik ini tidak mudah dibahas. Sebab bagaimanapun juga, topik ini berurusan dengan pengetahuan Allah sejak semula, yang bukan hanya tidak dapat dipahami melainkan juga tidak dapat diketahui oleh kita manusia. keputusan kehendak Allah, yang pasti merupakan keputusan yang bijak, sukar untuk kita selidiki. Berkenaan dengan hal tiu, Tuhan telah memperingatkan kita bahwa hal-hal yang tersembunyi ialah hanya bagi Tuhan, Allah kita (Ulangan 29:29). Mengingat hal itu perkara yang kudus dan kekal ini harus dibahas dan dipertimbangkan. Hal ini perlu karena Allahlah yang akan membantu melalui pekerjaan Roh Kudus untuk memahaminya, walaupun pemahaman itu masih terbatas.
Allah memilih manusia sebagai umatNya sebelum dunia dijadikan berarti pemilihan Allah atau penetapkan Allah berdasarkan inisitifNya. Allah tidak pernah bahkan tidak akan pernah terpengaruh oleh apapun dalam keputusanNya untuk memilih manusia sebagai umatNya.[6] Hal ini menunjukan keotoritasanNya sebagai Allah yang telah memilih manusia, sekaligus menunjukan bahwa keberadaan umat percaya saat ini bukanlah kebetulan, melainkan suatu  rancangan yang telah ditetapkan Allah dalam kekekalan.
Kata memilih dalam bahasa Yunaninya adalah εκλεγομαι, eklegomai yang mana kata ini terdiri dari dua padanan kata yaitu ek (dari, sejak, tergantung dari, oleh karena) dan lego (menyatakan) dari sini dapat disimpulkan bahwa pemilihan manusia sebagai umatNya adalah tergantung Allah itu sendiri. Seperti yang telah disinggung di atas bahwa waktu Allah memilih, Dia tidak dalam pengaruh siapapun.
2.      Menjadi anak-anak Allah
Kekayaan berikutnya adalah bahwa manusia menjadi anak-anak Allah. Dalam bahasa Yunani adalah υιοθεσια, huiothesia yang memiliki arti adoption of children (diangkat menjadi anak). Istilah huiothesia adalah istilah hukum untuk adopsi. Adopsi berarti meninggalkan satu keluarga dan bergabung dengan keluarga yang lain, meninggalkan semua yang ada hubungannya dengan keluarga yang lama dan menerima nama, identitas, sumber penghasilan dan sejarah dari keluarga yang baru. Inilah cara bagaimana Paulus menggambarkan hubungan yang baru ini. Kita semua dilahirkan sebagai keluarga Adam. Dan kita telah meniggalkan keluarga itu untuk menjadi milik sebuah keluarga baru, yaitu keluarga Kristus. Itu tidak berarti bahwa kita bukan manusia lagi; itu berarti bahwa kita tidak lagi berpihak pada dosa Adam. Walaupun kita adalah manusia dan menjadi sasaran dari godaan suku bangsa Adam, kita tidak lagi diperbudak oleh kematian dan dosa. Kita telah berpindah ke sebuah keluarga yang baru, dan kita telah menerima identitas baru.[7]
Rasul Paulus mengambil alih istilah ini dan memakainya untuk “penerimaan sebagai anak angkat” (bnd Roma 9:4; Galatia 4:5). Menurut kesaksian perjanjian baru, kita yang adalah anak-anak durhaka, seperti yang tertulis dalam Efesus 2:3 “anak-anak yang dimurkai”, karena Yesus Kristus dan itu juga telah ditentukan Allah dari semula diterima menjadi anakNya.[8] Pengangkatan kita sebagai anak merupakan hal yang luar biasa, kita menjadi anak-anak Bapa kita di sorga. Memang banyak suka dan duka yang saya alami dalam menjalani kehidupan ini, tetapi atas pemilihan Tuhan itu, membuat saya senantiasa bersyukur dan tetap berpengharapan kepada Tuhan Yesus Kristus. Bapa/ Ibu sadarilah bahwa Bapa/Ibu menjadi istimewa karena dipilih Tuhan maka hiduplah dengan penuh ucapan syukur atas pemilihan itu. Bagaimana caranya menjadi anak-anak Allah?
o   Melalui pemilihan dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus kita dijadikan anak-anak Allah.
o   Jika menjadi anak maka kita mempunyai hak sebagai anak-anak Allah, yaitu pemeliharaan dan sukacita sebagai anak.
o   Permasalahan kita sebagai orang percaya seringkali tidak tahu hak-hak kita sebagai anak-anak Allah
Melalui tulisan ini kita disadarkan mengenai status dan hak-hak sebagai anak. “Kepunyaan Bapa” adalah kepunyaan anak. Seperti bapak sayang anak-anaknya, begitu juga Bapa sorgawi sayang kepada anak-anakNya itu.
3.      Penebusan
Kekayaan berikutnya adalah perbuatan Allah , khususnya perbuatan Allah yang nyata dalam karya penyelamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Ia mulai dengan penebusan yang dikerjakanNya: “sebab di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karuniaNya” (ay. 7). Penebusan dalam bahasa Yunani adalah απολυτρωσις, Apolutrosis (penebusan, pembebasan). Penebus atau menebus berarti membeli dan membebaskan dengan membayar sejumlah harga. Ada kira-kira enam juta budak dalam kekaisaran Romawi, dan mereka sering diperjual belikan seperti perabot rumah tangga. Tetapi orang dapat membeli budak dan membebaskannya, dan inilah yang dilakukan Tuhan Yesus bagi manusia dan harganya adalah darahNya sendiri (1 Petrus 1:18). Hal ini berarti kita bebas dari kuk perhambaan (Galatia 5:1), bebas dari perhambaan dosa (Roma 6), demikianpula manusia dibebaskan dari kuasa Iblis dan dunia (Galatia 1:4; Kolose 1:13-14). Seandainya orang percaya masih sebagai hamba dosa, tentu tetap miskin; tetapi karena telah ditebus, orang percaya menjadi kaya.[9] Kita yang tadinya terjual ke dalam dosa, hidup dalam dosa dan upah dari dosa adalah maut (kematian) selamanya. Tapi Tuhan Yesus menebus dan menyucikan kita dari segala dosa (1 Yoh 1:9).
Alasan harus ada korban penebus atau penghapus dosa adalah perintah Allah. Dapat dilihat bahwa Allah telah menetapkan suatu jalan penebusan bagi umat yang berdosa melalui korban penebus dosa dari darah binatang yang tidak bercela (Imamat 1:3-4). Korban binatang dalam PL ini merupakan suatu bayangan untuk korban yang sesungguhnya yang lebih sempurna. Perjanjian Baru menunjukkan bahwa tidak mungkin darah binatang dapat menghapuskan dosa (Ibr 10:4). Hal ini menggambarkan bahwa suatu korban penebus dosa yang sempurna, yang dapat memuaskan Allah, diperlukan sebagai syarat untuk mendapatkan pengampunan Allah. Akhirnya, dengan melihat kenyataan bahwa semua manusia telah berdosa dan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri maupun orang lain, maka Allah sendiri harus turun ke dalam dunia dan menjadi sama dengan manusia (berinkarnasi) untuk dapat menebus dan menyelamatkan orang berdosa.[10]
         Sebuah ungkapan yang sering muncul dalam mazmur adalah kasih setia Allah. Misalnya Mazmur 32:10 mengatakan “orang yang percaya kepada Tuhan dikelilingi-Nya dengan kasih setia.” Bayangkan apa arti kasih setia Allah. Itu berarti panjang sabar, terus-menerus dan pasti.[11] Ada sesuatu yang menjadikan kekristenan itu lebih daripada sekedar suatu agama, lebih daripada suatu tata kerama, dan lebih daripada sekedar impian sia-sia seorang idealis yang sentimental. Dan sesuatu inilah yang membuat kekristenan itu relevan bagi kita masing-masing sekarang ini, sebagai pengalaman yang nyata dalam zaman sekarang ini. Sudah merupakan fakta bahwa Kristus sendirilah yang merupakan inti atau isi kehidupan iman Kristen. Kristuslah yang membuat kehidupan itu menjadi benar dan hidup. “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1 Tesalonika 5:24). Kita dipanggil Allah untuk melakukan sesuatu tetapi Allah yang memanggil kita itulah juga yang akan melakukan hal itu untuk kita. “Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya” (Filipi 2:1). Ia sendiri yang merupakan penggerak yang sesungguhnya dari semua tuntutanNya.[12]
         Inilah kesetiaan Allah kepada umatNya, Ia menebus kita melalui Yesus supaya akibat dari penebusan itu mendamaikan kita dengan Allah. Kesetiaan Allah tidak hanya kata, tetapi karya. Sejarah membuktikannya dan begitu banyak literatur yang menuliskan tentang Yesus yang pernah digantung di kayu salib oleh orang Romawi. Orang yang tidak percaya bahwa Yesus pernah mati terpaksa membuka mulutnya untuk mengkonfirmasi hal ini sebagai suatu kebenaran, walaupun menolak makna dari penebusan itu. Yang ingin ditekankan dalam hal ini adalah bahwa walaupun makna penebusan melalui kayu salib ditolak, tetapi fakta mengenai kematiannya dikayu salib tidak dapat dipungkiri. Sebagai orang Kristen kita mengimani makna penebusan itu seperti yang telah diuraikan di atas bahwa melalui penebusan mengakibatkan kita diperdamaikan dengan Allah. Damai dengan Allah merupakan akibat dari penebusan dan penebusan itu menyebabkan terealisasinya pengampunan Allah bagi kita dan damai dengan Allah menjadi nyata.
4.      Pengampunan
Penebusan tersebut menghasilkan pengampunan. Inilah kekayaan orang percaya berikutnya yaitu pengampunan yang dihasilkan oleh penebusan atau pengorbanan Kristus. Pengampunan dalam bahasa Yunani adalah αφεσις, Aphesis, kata ini bisa diterjemahkan dengan pembebasan dan mengangkut. Hal ini mengingatkan kita akan hari raya pendamaian orang Yahudi ketika imam melepaskan seekor kambing jantan di padang gurun (Imamat 16). Pengampunan itu nyata dalam karya penebusan Tuhan Yesus Kritus, seperti yang digambarkan oleh keempat injil. Pengampunan itu juga menghasilkan pemulihan relasi Allah dengan manusia. Manusia, oleh karena dosa telah kehilangan kemuliaan dan rusak secara total sehingga kecenderungannya hanya berbuat dosa. Dalam keadaan seperti inilah Allah dengan inisiatifNya mengampuni manusia melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Lebih lanjut, hal ini memberikan pengertian bahwa pengampunan adalah “tindakan judisial Allah menyatakan seseorang bebas dari hukuman.” Hal ini menunjukan  tindakan Allah menyatakan seseorang bebas dari segala hukuman, tidak sekedar memaafkan tetapi meniadakan hukuman akibat pelanggaran”
         Jadi, pengampunan itu adalah pekerjaan Allah dan bukan usaha manusia. Martin Luther telah mencoba berbagai upaya: tidur dilantai yang keras, tidak makan, bahkan memanjat anak tangga di Roma dengan tangan dan lututnya tetapi semua tidak berhasil. Guru-gurunya di biara berkata bahwa apa yang dilakukannya sudah cukup untuk mendapatkan damai bagi jiwanya. Tetapi dia tidak merasakan damai itu. Perasaan berdosanya terlalu mendalam.[13]  Pengampunan pernah dihubungkan langsung dengan Salib Kristus (Matius 26:28; Efesus 1:7) tapi lebih sering dihubungkan dengan Kristus sendiri (Kis 5:31; 13:38; Efesus 4:32). Dengan ini dapat dikaitkan ayat-ayat yang berbicara tentang Tuhan Yesus yang berkata bahwa dosa manusia diampuni, misalnya Markus 2:10. Tapi Oknum Kristus tak dapat dipisahkan dari kerja-Nya; diampuni oleh Kristus berarti diampuni karena Siapa Dia dan apa pekerjaan-Nya. Pengampunan tak boleh dimengerti di luar salib, karena kematian-Nya sering dikatakan ‘karena dosa’. Selain ayat-ayat khusus yang mengaitkan pengampunan dengan kematian Kristus, hal ini dibuktikan oleh banyak ayat mengenai kematian Kristus yang menebus; maka pengampunan sering dikaitkan dengan penebusan seperti penjelasan di atas.[14] Oleh sebab itu ini juga sekaligus mengkoreksi salah satu tembang rohani yang berjudul “salibMu yang mengerjakan”, ini syair yang salah, karena bukan salib yang mengerjakan tetapi Tuhan Yesus Kristus mengerjakan penebusan melalui salib.
Hal ini ingin menunjukkan bahwa pengampunan itu adalah karya Allah bagi umat pilihanNya. Upaya Luther tidak membuahkan hasil karena tanpa intervensi dari Allah itu sendiri. Manusia tidak sempurna bahkan kesalehannyapun seperti kain kotor dihadapan Allah (Yesaya 64:6). Oleh sebab itu dalam hal pengampunan manusia, Allah aktif mengerjakan bagi manusia.        
5.      Rahasia kehendakNya
Rahasia kehendak Allah itulah itu Firman Allah yang bersumber dari Alkitab. Inilah sebagaian Rahasia kehendakNya yang dinyatakan bagi kita (Ulangan 29:29). Apa yang dinyatakan bagi kita inilah yang perlu diselidiki dan direnungkan serta diterapkan dalam kehidupan kita. Firman itu adalah yang telah menjelma menjadi Manusia Tuhan Yesus (Yohanes 1:1). Rahasia inilah yang hendak disampaikan oleh Rasul Paulus dalam tulisannya kepada jemaat di Efesus. Surat ini banyak membicarakan rencana Allah bagi umatNya, suatu rencana yang belum dipahami bahkan oleh orang-orang pada zaman Paulus. Rahasia kehendakNya berarti suatu rahasia yang suci, yang dahulu tersembunyi tetapi sekarang dinyatakan kepada umat Allah. Kita orang percaya adalah bagian dari orang-orang kepercayaan Allah.
Rahasia kehendak Allah ini telah dinyatakan kepada kita anggota-anggota jemaat. Dalam surat ini di satu pihak dipakai untuk penyataan Allah kepada Paulus dan pemberita-pemberita injil lainnya dan di lain pihak untuk pekabaran atau pemberitaan yang ditugaskan Allah kepadanya. Maksud Paulus ialah hendak mengatakan, bahwa rahasia kehendak Allah, yaitu rahasia rencana penyelamatanNya mengenai dunia telah ia nyatakan kepada kita. Hal itu, menurut dia, sesuai dengan rencana kerelaan Allah, yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam Kristus.
Rahasia kehendakNya ini dinyatakan kepada kita melalui Paulus dengan intervensi kuasa Roh Kudus yang menginspirasikannya sehingga kebenaran Rahasia kehendak Allah ini menjadi dapat dimengerti. Bagi kita umatNya, kini Roh yang sama yang telah menuntun Rasul Paulus akan bekerja mencerahkan pada waktu kita membaca Alkitab. Rahasia Allah ini telah dinyatakan kepada kita dan menuntut kita untuk meresponinya, akan tetapi harus kita mengerti bahwa respon kita terhadap Rahasia Allah terwujud karena ada intervensi secara personal Roh Kudus yang dijanjikanNya itu. Hal ini membantu kita untuk mengerti bahwa kita dapat percaya dan menerima rahasia kehendak Allah sebagai pegangan satu-satunya adalah merupakan pekerjaan Allah itu sendiri. Walaupun dalam penerapannya dilihat bahwa kitalah yang meresponi itu. Akan tetapi jika kita berasumsi bahwa kita yang meresponinya maka keselamatan itu bukan lagi anugrah melainkan usaha kita yang mampu meresponi rahasia Allah tersebut.          
6.      Firman kebenaran
Kekayaan yang berikut adalah Firman Kebenaran. Paulus berkata dalam suratnya keapda Timotius bahwa: segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat…, (2 Timotius 3:16). Ini merupakan harta yang tidak ternilai harganya, karena tulisan atau Alkitab adalah inspirasi Allah yang bermanfaat dan relevan. Berbicara mengenai bermanfaat dan relevan berarti berbicara mengenai fungsi dan solusi, dan itu sangatlah berarti sekali bagi orang yang membacanya. Namun sangat disayangkan bahwa tidak banyak dari orang percaya yang mengesampingkan Firman Kebenaran tersebut, sehingga mereka miskin secara rohani yang berujung kepada kematian rohani.
Firman kebenaran itulah yang telah di uraikan di atas, yaitu rahasia kehendakNya. Rahasia tentang penyelamatan dunia ini melalui Tuhan Yesus Kristus. Maka, waktu Rasul Paulus mengatakan Firman Kebenaran dia melanjutkan dengan  Injil keselamatanmu. Inilah firman kebenaran yang bermanfaat bagi orang percaya dalam dunia ini, tetapi sekaligus menyatakan dan menghentar orang kepada keselamatan yang sesungguhnya. Hanya dalam Alkitab yang berani menyataan bahwa Yesus Kristus satu-satunya jalan keselamata dan tidak ada jalan lain (Yoh 14:6).
Oleh sebab itu sangat bodohlah orang jika mengesampingkan Alkita dan tidak menjadikan sebagai pedoman satu-satunya dalam kehidupannya di dunia ini. Sebaliknya orang akan merasa sangat sukacita dalam hidupnya jika menjadikan Firman Kebenaran sebagai pedoman dalam hidupnya.[15]
7.      Dimateraikan
Pertama-tama, hal ini menyatakan suatu transaksi  yang sudah selesai. Bahkan pada zaman sekarangpun, apabila surat-surat penting yang sah sedang diproses, surat-surat itu diberi materai resmi untuk menunjukan bahwa transaksi telah selesai. Pemberiaan materai ini juga menyatakan hak milik: Allah telah membubuhkan materaiNya pada kita karena Ia telah menebus kita untuk menjadi milikNya. Roh kudus di sini bukanlah suatu kuasa yang keluar dari Allah melainkan Allah itu sendiri, hal ini hendak menegaskan bahwa Roh Kudus sebagai materai adalah sehakekat dengan Allah Anak dan Bapa. Artinya, materai itu sebagai suatu jaminan yang tidak dapat dihapuskan atau dibatalkan karena Allah sendiri yang memateraikannya. Inilah kekayaan yang ada pada iman Kristen, yang tidak mungkin ditemukan diluar iman Kristen.
Roh Kudus sendiri bersaksi dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:16, Galatia 4:6, 1 Yohanes 3:24, 4:13). Roh kudus menjamin atau memastikan hubungan kekekalan melalui Tuhan Yesus, dan Roh Kudus adalah materai (Efesus 1:13-14).[16]       
8.      Milik Allah
Berkat terakhir dalam bagian ini adalah menjadi milik Allah. Menjadi milik Allah merupakan hasil dari pemateraian yang Allah sendiri kerjakan dengan Roh Kudus. Kita awalnya orang-orang durhaka dan sepatutnya dimurkai tetapi sekarang karena materai oleh kuasa Roh Kudus telah menjadi milik Allah. Kekayaan rohani yang dikaruniakan[17] kepada manusia tentunya mempunyai maksud dan tujuan. Allah mengaruniakan kekayaan tersebut bukan karena hanya ingin memberikan saja, melainkan ada suatu rencana yang mulia dibalik pemberianNya.
Adapun tujuan atau maksud dari pemberian kekayaan rohani kepada orang percaya.
a.       Orang percaya kudus dan tak bercacat di hadapanNya.
b.      Terpujilah kasih karuniaNya yang mulia.
c.       Persiapan kegenapan waktu unruk mempersatukan di dalam Kristus.
d.      Supaya selalu menaruh harapan kepada Kristus.
e.       Orang percaya memuji, menyembah dan memuliakan Allah.
Semua bentuk kekayaan yang diberikan kepada manusia terjadi secara simultan pada waktu Allah memilih manusia menjadi anakNya dan ditebus. Dengan demikian jemaat atau orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus adalah orang-orang yang istimewa.

D.    Penutup
1.      Kesimpulan
a.       Anda adalah orang istimewa karena di dalam Kristus menerima kekayaan Rohani yang banyak dan spektakuler.
b.      Anda adalah orang istimewa karena kekayaan rohani diberikan dengan gratis (anugerah).
c.       Anda adalah orang istimewa karena memiliki kepastian keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus
2.      Aplikasi
a.       Marilah kita memiliki kehidupan yang berkualitas dengan jalan memuliakan Tuhan Yesus melalui pelayana dan pekerjaan
b.      Marilah kita meresponi kekayaan yang gratis itu dengan sikap yang penuh tanggung jawab.
c.       Marilah kita tetap percaya kepada Tuhan Yesus dalam segala situasi dan kondisi, baik maupun tidak baik karena kita telah menerima kepastian selamat.



[1] Matius 6:19-20: Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
[2] JL. Ch. Abineno, Tafsiran Alkitab Surat Efesus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982. Hal. 18
[3] hasan sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru Jilid II, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2004. Hal. 3310
[4] Tafsiran Alkitab Wycliffe, Ef 1:3=29210
[5] Hal yang tampaknya bertentangan tetapi sebenarnya tidak, pernyataan yang seolah-olah berlawanan dengan kebenaran, tetapi k,enyataannya mengandung kebenaran
       [6] Kejadian 1:1: Pada mulaNya Allah…,
[7] Ray C. Stedman, Kekayaan kita di dalam Kristus (Batam: Interaksara, 2001), 40
[8] JL. Ch. Abineno, Tafsiran Alkitab.., 22
[9] Warren W. Wierbe, Kaya di dalam.., 20-21
[10] Ditulis oleh Bedjo dan Chandra Wim Tanggal 20-7-2002  http://www.5roti2ikan.net/wacana/4/
[11] Jerry Bridges, Berserah kepada Tuhan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991. Hal. 46
[12] Mayor W. Ian Thomas, Hidup Yesus dalam Hidupku, Bandung: Kalam Hidup, 1961. Hal. 11
[13] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah (Surabaya: Momentum, 2001)213
[14] Ensiklopedia Alkitab Masa Kini
[15] Sukacita harus dipahami atau dilihat dari sudut pandang Allah. Sukacita yang dipicu materi adalah sukacita yang dangkal, sebaliknya sukacita yang dipicu oleh Yesus Kristus, itulah sukacita yang sesungguhnya. Contoh: Paulus, dalam suratnya kepada jemaat Filipi, sarat dengan kata sukacita. Padahal pada waktu Paulus menulis surat itu dia sedang didalam penjara dalam keadaan terpasung.
[16] Stevri Indra Lumintang, Keunikan Teologia Kristen di tengah Kepalsuan (Batu: Departemen Multimedia IPO, 2009), 246
[17] Dikaruniakan berarti pemberian gratis dari Allah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer