FROM ZERO TO SUPER HERO
FROM ZERO TO SUPER HERO
Hakim-hakim 11:1-11
Oleh: Dr. A. Manaransyah
PENDAHULUAN
Tema
di atas dan uraian dalam tulisan ini ingin mengajarkan bahwa tanpa Kristus kita
tidak berarti, bahkan nol besar, tetap di dalam Kristus kita berarti bahkan
menjadi SUPER HERO.
Sejarah
adalah hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Secara khusus, sejarah
dapat dipakai Allah untuk menyatakan diriNya supaya orang mengenal dan
bersekutu denganNya. Kitab hakim-hakim adalah salah satu dari kitab-kitab
sejarah dalam Perjanjian Lama. Namun sejarah yang dimaksud bukanlah
peristiwa-peristiwa yang dicatat detail beserta dengan tanggal-tanggal setiap
kejadian, melainkan dalam lingkup yang lebih khusus bagaimana pemeliharaan
Allah terhadap umat pilihanNya. Bangsa Israel menganggap bahwa perlakuan Allah
terhadap mereka melalui sejarah adalah penyataan Allah bagi mereka. Mereka
menganggap catatan-catatan sejarah sebagai penyataan berotoritas mengenai
kejadian-kejadian yang dipakai oleh Allah untuk mengajarkan pelajaran-pelajaran
yang penting.[1]
Demikian
juga bagi kita orang percaya, bahwa melalui kitab sejarah secara khusus kitab
Hakim-hakim, sangat banyak pelajaran rohani yang sangat mendasar (theologis)
sehingga berimplikasi theologis juga bagi kehidupan kita sehari-hari.
Latar belakang sejarah
dalam kitab Hakim-hakim sebagai konteks pasal 11:1-11
Periode
Hakim-hakim ditandai oleh perbuatan-perbuatan yang rusak secara moral, bukan
hanya oleh perseorangan, tetapi pada tingkat kesukuan. Dalam Hakim-hakim 3 –
16, setiap siklus selalu didahului dengan pengamatan bahwa “Orang Israel
melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.” Hal ini menunjukkan kecenderungan hati
Israel ke arah kemurtadan teologis. Sedangkan Hakim-hakim 17 – 21 ditulis juga
bahwa : “Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang
berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” Sesungguhnya ketiadaan
raja pada zaman itu bukanlah faktor penyebab kerusakan moral mereka, melainkan
ketiadaan komitmen dan sikap yang tegas menolak perbuatan-perbuatan yang jahat
di mata Tuhan dan penyembahan terhadap ilah-ilahnya bangsa-bangsa kafir di
sekitarnya.[2]
Kendatipun kemurtdan dan ketidak-adilan mendatangkan hukuman bagi bangsa
Israel, namun kemurahan, panjang sabar dan kasih karunia Tuhan sangatlah
ditonjolkan dalam kitab Hakim-hakim. Reaksi yang khas dari Allah untuk mendidik
mereka, adalah Tuhan menghukum mereka dengan mendatangkan penindas-penindas
asing.
Demikian
gambaran siklus kehidupan bangsa Israel di tanah perjanjian setelah kematian
Yosua dan sebelum adanya raja yang diangkat untuk memimpin umat (zaman
Hakim-hakim).
Zuck
mengemukakan suatu alasan yang sangat menarik akan kemerosotan Israel bahwa
bangsa Israel justeru dalam posisi menikmati
berkat Tuhan, mereka meninggalkan Tuhan dan berpaling kepada allah-allah dan
praktik-praktik agama bangsa kanaan.[3]
Kesejahteraan dan kedamaian hidup yang dialami oleh bangsa Israel tidak membuat
mereka bersyukur dan hidup semakin dekat dan bersekutu dengan Tuhan. Maka,
Allah dalam otoritas dan kuasaNya menghukum umatNya dengan mengizinkan mereka
ditindas oleh musuh-musuh mereka. penindasan itu membuat mereka akhirnya
berseru kepada Tuhan minta dilepaskan dan diselamatkan. Dengan kemurahan, Allah
melepaskan mereka dengan cara membangkitkan seorang hakim yang menjadi pemimpin
bagi mereka menaklukkan bangsa-bangsa penindas. Dalam kitab ini panjang sabar
Allah dan kemurahan Allah yang melimpah menjadi penekanan yang utama.
Konteks dekat Hakim-hakim
11:1-11
Sebagai
mana yang dicatat Hakim-hakim 10:6-18, bangsa Israel sedang ditindas oleh bani
Amon sebagai hukuman Allah kepada Israel karena mereka melakukan yang jahat di
mata Tuhan. Mereka beribadah kepada Baal dan para Asytoret, kepada allah orang
Aram, Sidon, Moab, Amon dan Filistin. Mereka meninggalkan Tuhan dan tidak
beribadah kepada Tuhan (Hak 10:6-9). Namun, ketika bangsa itu berseru kepada
Tuhan, kemurahan Allah lagi-lagi ditonjolkan di sini, maka Tuhan tidak dapat
lagi menahan hatiNya melihat kesukaran bangsa Israel (Hak 10:10-16). Tuhan
membangkitkan Yefta menjadi pemimpin bagi mereka untuk menaklukkan para
penindas. Mengapa Yefta? Siapa Yefta?
Yefta
mempunyai latarbelakang hidup yang sungguh sangat suram, namun kesuraman itu
dipakai oleh Tuhan sebagai test time untuk
menjadikan dia seorang yang sabar, taat, beriman kepada Tuhan (Ujian waktu).
1.
BIG
ZERO (NOL BESAR): Yefta anak seorang perempuan Sundal (Hak 11:1)
Nama Yefta dalam bahasa Ibrani יפתח, Yiphtach
yang berarti he opens; dalam Kamus
Gering Yefta berarti Allah membukakan. Hak 11:1; Ibr 11:32.[4] Yefta
adalah dari klen Gilead, anak Machir, cucu Manasye (Bil 26:29,30). Dicatat
bahwa ia seorang pahlawan yang gagah perkasa sebagai informasi awal. Kata
penghubung “tetapi” dalam ayat 1 ini menunjukkan kontra antara posisi Yefta
sebagai keturunan Israel, namun lahir dari perempuan sundal dan perempuan itu
bukanlah isteri Gilead. Yefta lahir dari hubungan perkawinan yang tidak sah.
Dalam salah satu ensiklopedia dijelaskan bahwa Yefta adalah putra Gilead dari
seorang pelacur kafir.[5]
Dalam KJV, kata penghubung yang dipakai adalah “dan” bukan “tetapi” menekankan
bahwa hal itu bukan sesuatu yang ideal. Sedangkan kata penghubung “dan”
menekankan bahwa hal itu sangat mungkin mengingat kondisi Israel pada waktu itu
hidup dalam dekadensi spiritual dan dekadensi moral.
Pelajaran
Rohani
Sebagaimana manusia normal pada umumnya,
jika diberi kesempatan memilih untuk dilahirkan oleh siapa, di mana, kapan dan
bagaimana ia akan dilahirkan, Yefta tentu tidak mau memilih dilahirkan oleh
seorang perempuan sundal. Penulisan siapa ibu Yefta merupakan unsure
kesengajaan dari Tuhan. Siapa ibu yang mengandung dan melahirkan Yefta,
menunjukkan kepada kita bahwa itu bukanlah hal yang penting di hadapan Tuhan
untuk menjadikan seseorang menjadi pemimpin besar di tanganNya. Tuhan tidak
memfokuskan pemilihanNya terhadap seseorang berdasarkan latar belakangnya.
Karena jika demikian, maka tidak aka nada seorang pun yang memiliki latar belakang
yang layak untuk menjadikan kita berkenan sebagai seorang pemimpin atau
seseorang yang berarti di hadadapan Tuhan. Artinya, pada dasarnya kita semua
adalah BIG ZERO (NOL BESAR). Tanpa kasih dan kemurahan Tuhan. Seyogianya, kita
menghargai dan mensyukuri ibu yang sederhana sekalipun, Tuhan telah pakai
melahirkan kita ke dunia ini.
2. Proses/
pembentukkan karakter: saudara-saudara tirinya mengusir dia (Hak 11:2-3)
Yefta mempunyai saudara-saudara sedarah,
namun berbeda ibu. Yefta dianggap sebagai putra haram oleh saudara-saudaranya,
sehingga mereka mengeluarkan Yefta secara tidak resmi. Yefta merasa hak
warisnya diputuskan secara melawan hukum oleh adik-adiknya, yaitu para putra
Gilead yang sah. Mereka mengusir Yefta, bukan hanya dari rumah merek, tetapi
juga dari lingkungan klen orang Gilead. Yefta dipaksa pergi meninggalkan
keluarga mereka, wilayah mereka, tanpa diberikan hak apapun kepadanya. Dalam
ayat 3, dituliskan bahwa Yefta, lari dari saudara-saudaranya, artinya bahwa dia
tidak berusaha mempertahankan dan memperjuangkan haknya sebagai putra/ benih
dari Gilead. Dia tidak melakukan perlawanan apapun. Dia flee away, melarikan diri. Yefta tertolak dan terusir dari keluarga
dan kaumnya. Saudara-saudaranya mencoba menghapus nama Yefta dari silsilah dan
sejarah keluarga mereka.
Yefta lari dan menetap di tanah Top yang
terletak di daerah luar Yordan. Dia sendiri mengumpulkan sekelompok petualang,
yang menurut beberapa penafsir bahwa kemungkinan sekelompok perampok.[6] Di
sana ia berkumpul dengan petualang-petualang dan menjadi perampok. Dari sana ia
bersama pembelot yang dikumpulkannya menyerang tempat-tempat pemukiman dan
kafilah-kafilah, mungkin melindungi desa-desa Israel dari suku-suku perampok,
berangkali termasuk orang Amon.[7] Dari
hal ini, kita dapat simpulkan bahwa Yefta seorang pemberani dan mempunyai daya
tarik dan potensi sebagai seorang pemimpin.
Pelajaran
Rohani
Penolakkan dari keluarga, orangtua,
saudara-saudara, lingkungan masyarakat bukanlah suatu keadaan yang mengenakkan,
namun juga bukan akhir dari hidup seseorang. Sekalipun ada orang-orang yang
menolak kita, kita tidak perlu melakukan usaha pembenaran diri, kita tidak
perlu melakukan perlawanan untuk merebut apa yang menjadi hak-hak kita. Karena
situasi seperti itu pun dapat dipakai oleh Tuhan untuk memproses, membentuk,
memurnikan, mendewasakan iman kita, mematangkan karakter kita. Selama masih
bernafas, itu berarti ada kesempatan-kesempatan yang baik dari Tuhan mempersiapkan
masa depan kita, untuk memuliakan Tuhan.
Selain dari pada itu, kerap kali kita
mengambil keputusan yang salah, keliru dan merugikan diri sendiri dan orang lain (bandingkan Yefta
yang menjadi pemimpin dari perampok). Namun, Allah tidak fokus kepada kesalahan
ataupun kegagalan kita. Allah fokus kepada perjanjian dan kasihNya yang tidak
akan digagalkan oleh kesalahan dan kegagalan manusia. Maka demikian jugalah
kita hendaknya tidak fokus kepada kesalahan, kelemahan, kegagalan kita dan
kepada kesalahan, kelemahan serta kegagalan orang lain. Kita hendaknya fokus
kepada Allah perjanjian yang penuh kasih dan kemurahan, setia dan adil. Kesediaan
menerima hidup yang pedih, sukar dan bekerja keras mengatasinya akan membuat
suatu pribadi matang dan berkualitas.
3. Aroma
daya tarik dari Tuhan: Yefta diminta menjadi seorang pemimpin atas Israel untuk
melawan bani Amon (Hak 11:4-9)
Jadi, sewaktu orang Israel yang tinggal di
Trans Yordan diancam oleh serangan habis-habisan orang Amon, maka para tokoh
masyarakat Gilead meminta Yefta menjadi panglima atas mereka untuk berperang
melawan bani Amon. Permintaan itu disampaikan bukan melalui pesuruh (bawahan)
ataupun melalui surat, melainkan para tua-tua Gilead yang adalah orang-orang
terhormat dan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan di masyarakat Gilead
datang langsung menjemput Yefta dari tanah Tob. Dalam bentuk jamak, tua-tua ini
diartikan sebagai orang-orang yang mempunyai otoritas terutama dalam konteks
keseluruhan orang Israel.[8] Bagaimana
mungkin orang-orang terhormat itu datang kepada seorang kepala perampok dan
memintanya menjadi pemimpin atas mereka? Hal ini sebenarnya sangat memalukan
bagi orang-orang Gilead yang menyebut dirinya sebagai keturunan Israel. Para
tua-tua Gilead tidak berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Yefta atas
tindakkan yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Dari sudut pandang orang
Gilead, mereka membutuhkan Yefta untum memimpin peperangan melawan bani Amon
(Pragmatis). Orang yang tadinya dianggap haram dan ditolak itu kini dibutuhkan
oleh mereka yang pernah menolak dan mengusirnya. Dan yang sangat memalukan lagi
bagi mereka adalah mereka menjanjikan Yefta menjadi kepada atas mereka, atas
seluruh penduduk Gilead (Hak 11:8). Para tua-tua itu memilih Yefta karena
mereka melihat bahwa dia memiliki keahlian dalam hal militer (Hak 11:1),
meskipun itu menjadi pertimbangan yang berat karena mengingat latar belakang
Yefta sebagai pemimpin orang-orang yang tidak taat kepada hukum/ aturan.[9]
Salah satu yang menarik dari negosiasi ini
adalah bahwa keberanian Yefta menerima tawaran dari para tua-tua itu bukan
karena dia percaya kepada mereka, bukan juga karena dia menilai dirinya kuat,
tangguh, gagah, dan perkasa, ataupun yang lainnya. Yefta sungguh menyadari
bahwa kemenangan atas musuh bukanlah sekedar usaha atau perjuangan manusia. Yefta
melihat adanya intervensi Tuhan di dalam sejarah hidup mereka sebagai umat
pilihan Tuhan. Yefta menyadari bahwa sekiranya ia menjadi pemimpin atas Israel,
itu hanya kemurahan dan kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan. Situasi sulit
yang dialami bangsa Israel dipakai oleh Allah sebagai kesempatan untuk
menyatakan kehendakNya, yakni mengangkat Yefta, yang tadinya ia seorang yang
tidak diperhitungkan bahkan dihina sebagai anak dari perempuan sundal oleh
saudara-saudara sedarah, meski lain ibu.
Yefta rupanya orang yang belajar dari
sejarah hidup bangsanya bahwa Tuhanlah yang selama ini berkenan melepaskan
mereka dari cengkeraman musuh mereka. Hal ini juga sangat jelas terlihat jika
kita membaca ayat 12-28. Yefta sungguh menyadari bahwa ia adalah seorang yang
tertolak, seorang perampok, namun ketika ia melihat pada Tuhan, ia tahu bahwa
Tuhan dapat memakai seorang penjahat sekalipun menjadi alat ditanganNya. Jadi,
jelaslah bahwa tujuan utama Yefta menerima tawaran dari para tua-tua Gilead itu
bukan karena janji mereka, melainkan karena dia sendiri tahu bahwa Tuhanlah
yang menghendaki dia menjadi pemimpin atas orang-orang Gilead dan dia sangat
yakin bahwa Tuhan pasti memberikan kemenangan kepadanya.
elajaran
Rohani
Waktu dan cara Tuhan mengangkat
hamba-hambaNya tidak dapat diduga-duga dan tidak dapat dipahami dengan pikiran
yang sempit dan picik. Selain itu, setan/ iblis sangat ingin ktia percaya
kepada bualannya yang berusaha menghakimi kita bahwa kita tidak layak, tidak
mampu, penuh dengan dosa, dan hal-hal negative. Iblis seringkali memanfaatkan
segala kelemahan kita untuk menjatuhkan kita, untuk membawa kita jauh dari
kehendak Tuhan, tetapi Allah justeru menggunakan segala kelemahan kita untuk
menyatakan kebesaran dan kemuliaanNya atas hidup kita dengan cara menjadikan
kita menjadi seseorang yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Dengan demikian,
Tuhan saja dimuliakan di dalam dan melalui hidup kita.
Dalam Roma 8:37 dikatakan bahwa kita sudah
menang, bahkan lebih dari pemenang oleh karena Dia mengasihi kita. Kekurangan,
kesalahan ataupun kegagalan kita di masa lalu tidak dapat menghentikan kita
menjadi pemenang jika kita menyadari dan mau menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Tuhan yang adalah sumber kemenangan dalam hidup kita. Maka, bagi kita yang
memiliki jaminan ini, tidak ada kata “menyerah”, “berhenti” atau “lari” tatkala
menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan yang Tuhan izinkan dalam hidup dan
pelayanan kita. Biarlah Tuhan menyatakan keunggulan kasih dan kemurahanNya
melampaui segala dosa dan kekurangan kita. Juga kita tidak boleh hidup dalam
kepedihan, kepahitan karena latar belakang hidup kurang, tapi Tuhan Yesus dapat
mengubahkan dan memulihkan semua kepahitan masa lalu (2 Kor 5:17).
4. Integritas
Yefta: Jujur dan tidak menyimpan kepahitan (Hak 11:11a)
Yefta bersedia mengikut para tua-tua
Gilead kembali ke tanah Gilead. Yefta tidak membiarkan ada kebencian, akar
pahit ataupun trauma menghalangi langkahnya untuk menjalankan apa yang
seharusnya ia lakukan. Keyakinan Yefta akan rencana Tuhan dalam hidupnya,
menjadikan dia seorang yang konsisten atas penyataannya. Kesepakatan
dilanjutkan dengan tindakan nyata. Yefta pergi/ berjalan bersama dengan tua-tua
itu dan menjalankan apa yang sudah disepakati. Bangsa itu mengangkat Yefta
menjadi kepala dan panglima mereka. Negosiasi Yefta dengan para tua-tua untuk
menjadikan dia bukan hanya menjadi pemimpin (panglima) perang melawan Amon (Hak 11:6, 11), tetapi
juga menjadikan kepala atas mereka (Hak 11:8, 9, 11).
Yefta melihat ke depan dalam menghadapi
krisis yang terjadi atas Israel, tidak melihat pengalaman masa lalu yang pahit.
Hal itu salah satu yang memungkinkan dia berhasil dan mempunyai masa depan yang
lebih baik dari sebelumnya. Yefta menjadi kepala dan pemimpin atas seluruh
Gilead. Secara geografis, daerah Gilead adalah perbukitan yang penuh ditumbuhi
pepohonan, di utara garis yang merentang dari Hesybon menuju ke barat di ujung
utara Laut Mati, dan terus naik ke utara sampai ke S Wadi Yarmuk, kemudian
melintas lurus masuk ke tanah datar yang terletak kira-kira 29 Km sebelah
selatan Yarmuk. Daerah dibagian utara daratan-daratan ini adalah wilayah Basan.
Dengan batasan demikian Gilead dibagi dalam 2 wilayah utara dan selatan, pada
alur S Yabok. Wilayah selatan Gilead (dalam arti luar – di selatan garis
Hesybon – Laut Mati sampai ke alur S Arnon) terdapat dataran tinggi yang
berlereng-lereng, sangat cocok untuk pertanian dan peternakan, meliputi seluruh
Trans Yordan ditambah dengan wilayah di tepi sungai Arnon dan Basan. Yefta
bukan hanya diterima dalam keluarganya, tetapi juga oleh seluruh keturunan
Gilead, bahkan menjadi pemimpin atas mereka.
Pelajaran
Rohani
Perbuatan yang baik merupakan manifestasi
dari pikiran yang sehat. ntegritas berarti selarasnya perbuatan dan pikiran.
Dalam situasi seperti apapun, seorang yang berintegritas akan tetap konsisten
dengan apa yang dipegangnya sebagai pedoman hidup, tanpa dipengaruhi dengan
lingkungan sekitarnya, walaupun patut terpengaruh. Seperti halnya Yefta, dia
punya alasan untuk tidak menolong bangsa Gilead tetapi dia tidak memakai alasan
tersebut, melainkan memberi dirinya untuk dipakai Tuhan sebagai seorang yang
nantinya akan menaklukkan bangsa penindas. Tidak mudah membantu atau menolong
orang yang pernah mencerca, mencemooh, menyakiti kita baik itu secara fisik
maupun psikis, tetapi dengan memandang kepada Tuhan, maka kita dapat menjadi
berkat di tengah-tengah keadaan yang sebenarnya tidak memungkinkan kita untuk
menjadi berkat. Jadi, integritas juga merupakan suatu wujud kehidupan yang
telah diubahkan oleh Tuhan sehingga mampu konsisten dalam segala situasi dan
kondisi. Mempunyai kepribadian yang kuat, terbuka dan berkualitas, bukan
pendendam, pahit hati, putus asa yang membelenggu hidup ini.
5. Doa:
Yefta membawa perkara itu ke hadapan Tuhan (Hak 11:11b)
Ia setuju setelah mereka berjanji bahwa
dia akan tetap menjadi kepala (yaitu hakim) mereka, biarpun pertempuran sudah
selesai. Perjanjian ini diadakan di Mizpa Diplomasi yang diusahakan Yefta untuk
menasihati orang Amon supaya membatalkan maksud mereka (Hak 11:12-28). Tetapi
Yefta membawa seluruh perkara itu kehadapan Tuhan (Hak 11:11c). kesukaran dan
kepedihan dapat membuat kita melupakan Tuhan, tetapi kekuatan dan keberhasilan
dapat juga membuat kita melupakan Tuhan. Seharusnya, kesukaran atau pun
keberhasilan kita tetap utamakan Tuhan; membawa segala perkara dan keberhasilan
kepada Tuhan, sebab semuanya itu karena Tuhan. Tuhan Yesus menjadikan kita HERO
bahkan SUPER HERO untuk pelayanan.
Pelajaran
Rohani
Peranan Doa:
a.
Relasional:
Doa tidak seperti mantra, atau seperti cerita dongeng dunia 1001 malam yang
bila mengalami kesukaran barulah membaca mantra supaya jin datang menolong. Doa
adalah suatu hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan Tuhan dibangun bukan karena
ingin meminta berkat atau pertolongan, melainkan itu merupakan kebutuhan sebab
dia adalah pencipta kita. Hubungan dengan Tuhan melalui doa merupakan wujud
ucapan syukur kepadaNya yang menjadi penyebab segala sesuatu yang baik dalam
hidup kita. Maka, doa ada relasi dengan Tuhan.
b.
Intimasi:
Ada keakraban, atau suatu hubungan yang harmonis dengan Tuhan. Akibat Dosa
manusia terpisah dengan Allah, dan harus membutuhkan imam sebagai perantara
kita dengan Allah, tetapi oleh kasih karuniaNya Tuhan Yesus diberikan untuk menebus
dosa kita, sekaligus membuka tabir untuk secara langsung berhubungan dengan
Allah melalui doa. Hubungan akrab atau intim itu ada lagi oleh karena Kristus,
maka intimasi adalah hadiah yang diberikan oleh Allah melalui Tuhan Yesus, oleh
karenanya sangat lucu sekali bila hubungan kita tidak harmonis dengan Tuhan.
c.
Ketergantungan:
oleh karena Tuhan adalah pemilik hidup kita, maka doa merupakan suatu
kebergantungan kepada Tuhan. Kebergantungan kepada diri sendiri selalu
mendatangkan malapetaka tetapi kepada Tuhan mendatangkan damai sejahtera. Kita
terbatas, tetapi Tuhan tidak terbatas, maka bergantunglah kepada Tuhan dan
bukan kepada manusia.
d.
Tahu
diri: jangan sombong karena keberhasilan yang kita alami, melainkan mengucap
syukurlah kepada Tuhan dan tahu diri, bahwa tanpa Tuhan keberhasilan yang
sesungguhnya hanyalah iluasi. Memang banyak orang (non-Kristen) yang berhasil
dalam hidup, tetapi itu bukanlah berhasil yang sesungguhnya, karena berhasil
yang sesungguhnya bukan hanya di bumi (kronos), tetapi juga berhasil sampai
kepada kekekalan (aion).
e.
Tidak
ada yang mustahil: Lukas 1:37 menyatakan bahwa: sebab bagi Allah tidak ada yang
mustahil. Seringkali kita meragukan Tuhan, dan melihat segala sesuatu mustahil,
tetapi biarlah Firman Tuhan ini menyadarkan kita bahwa bagi Tuhan tidak ada
yang mustahil.
Demikianlah uraian singkat ini, kiranya
menjadi berkat bagi kita sekalian. Akhirnya, segala kemuliaan hanya bagi Tuhan
kita Yesus Kristus yang telah mengubah kita “FROM ZERO to SUPER HERO.”
Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan
menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan
lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang
menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang
naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah (Yes 40:29-31). Tuhan telah memanggil
dan mengubah hidup kita yang biasa menjadi suatu hidup yang luar biasa dalam
pelayanan pekerjaan Tuhan.
KATAKAN: HALELUYA, HALELUYA, HALELUYA …..
AMIN
[1] Roy B. Zuck, A Biblical Theology of The Old Testamen,
(Malang: Gandum Mas, 2005), 168-169
[2] Andrew E Hill &
John H. Walton, Survei Perjanjian Baru,
(Malang: Gandum Mas, 1996), 282
[3] Roy B. Zuck, A Biblical Theology of The Old Testamen,
(Malang: Gandum Mas, 2005), 176
[4] Program Sabda: (Kompilasi Kamus Alkitab) <@16491>
[5] J. D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini II,
(Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1999).
[6] Walvoor, John F; Roy B;
Dallas Theological Seminary: The Bible
Knowledge
[7] J. D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini II, (Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih/ OMF, 1999).
[8] Brown, Francis; Driver,
Samuel Rolles; Briggs, Charles Augustus: Enhance
Brown-Driver-Briggs Hebrew and English Lexicon. Electronic ed. Oak Harbor,
WA: Logos Research Systems, 2000, s. 278
[9] Mays, James Luther;
Harper & Row, Publisher; Society of Biblical Literatur: Harper’s Bible Commentry. San Francisco:
Harper & Row, 1996, c1988, S. Jdg 10:17
Komentar
Posting Komentar