FROM ZERO TO SUPER HERO (Hakim-hakim 11:1-11)
PENDAHULUAN
Tema di atas dan uraian dalam tulisan ini ingin mengajarkan
bahwa tanpa Kristus kita tidak berarti, bahkan nol besar, tetap di dalam
Kristus kita berarti bahkan menjadi SUPER HERO.
Sejarah adalah hal yang sangat penting bagi setiap manusia.
Secara khusus, sejarah dapat dipakai Allah untuk menyatakan diriNya supaya
orang mengenal dan bersekutu denganNya. Kitab hakim-hakim adalah salah satu
dari kitab-kitab sejarah adlam Perjanjian Lama. Namun sejarah yang dimaksud
bukanlah peristiwa-peristiwa yang dicatat detail beserta dengan tanggal-tanggal
setiap kejadian, melainkan dalam lingkup yang lebih khusus bagaimana
pemeliharaan Allah terhadap umat pilihanNya. Bangsa Israel menganggap bahwa perlakuan
Allah terhadap mereka melalui sejarah adalah penyataan Allah bagi mereka.
Mereka menganggap catatan-catatan sejarah sebagai penyataan berotoritas
mengenai kejadian-kejadian yang dipakai oleh Allah untuk mengajarkan
pelajaran-pelajaran yang penting.
Demikian juga bagi kita orang percaya, bahwa melalui kitab
sejarah secara khusus kitab Hakim-hakim, sangat banyak pelajaran rohani yang
sangat mendasar (theologis) sehingga berimplikasi theologis juga bagi kehidupan
kita sehari-hari.
Latar belakang sejarah dalam kitab Hakim-hakim sebagai konteks
pasal 11:1-11
Periode Hakim-hakim ditandai oleh perbuatan-perbuatan yang rusak
secara moral, bukan hanya oleh perseorangan, tetapi pada tingkat kesukuan.
Dalam Hakim-hakim 3 – 16, setiap siklus selalu didahului dengan pengamatan
bahwa “Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.” Hal ini
menunjukkan kecenderungan hati Israel ke arah kemurtadan teologis. Sedangkan
Hakim-hakim 17 – 21 ditulis juga bahwa : “Pada zaman itu tidak ada raja di
antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya
sendiri.” Sesungguhnya ketiadaan raja pada zaman itu bukanlah faktor penyebab
kerusakan moral mereka, melainkan ketiadaan komitmen dan sikap yang tegas
menolak perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Tuhan dan penyembahan terhadap
ilah-ilahnya bangsa-bangsa kafir di sekitarnya. Kendatipun kemurtdan dan
ketidak-adilan mendatangkan hukuman bagi bangsa Israel, namun kemurahan,
panjang sabar dan kasih karunia Tuhan sangatlah ditonjolkan dalam kitab Hakim-hakim.
Reaksi yang khas dari Allah untuk mendidik mereka, adalah Tuhan menghukum
mereka dengan mendatangkan penindas-penindas asing.
Zuck mengemukakan suatu alasan yang sangat menarik akan
kemerosotan Israel bahwa bangsa Israel justeru dalam posisi menimati
berkat Tuhan, mereka meninggalkan Tuhan dan berpaling kepad allah-allah dan
praktik-prakti agama bangsa kanaan. Kesejahteraan dan kedamaian hidup yang
dialami oleh bangsa Israel tidak membuat mereka bersyukur dan hidup semakin
dekat dan bersekutu dengan Tuhan. Maka, Allah dalam otoritas dan kuasaNya
menghukum umatNya dengan mengizinkan mereka ditindas oleh musuh-musuh mereka.
penindasan itu membuat mereka akhirnya berseru kepada Tuhan minta dilepaskan
dan diselamatkan. Dengan kemurahan, Allah melepaskan mereka dengan cara
membangkitkan seorang hakim yang menjadi pemimpin bagi mereka menaklukkan
bangsa-bangsa penindas. Dalam kitab ini panjang sabar Allah dan kemurahan Allah
yang melimpah menjadi penekanan yang utama.
Konteks dekat Hakim-hakim 11:1-11
Sebagai mana yang dicatat Hakim-hakim 10:6-18, bangsa Israel
sedang ditindas oleh bani Amon sebagai hukuman Allah kepada Israel karena
mereka melakukan yang jahat di mata Tuhan. Mereka beribadah kepada Baal dan
para Asytoret, kepada allah orang Aram, Sidon, Moab, Amon dan Filistin. Mereka
meninggalkan Tuhan dan tidak beribadah kepada Tuhan (Hak 10:6-9). Namun, ketika
bangsa itu berseru kepada Tuhan, kemurahan Allah lagi-lagi ditonjolkan di sini,
maka Tuhan tidak dapat lagi menahan hatiNya melihat kesukaran bangsa Israel
(Hak 10:10-16). Tuhan membangkitkan Yefta menjadi pemimpin bagi mereka untuk
menaklukkan para penindas. Mengapa Yefta? Siapa Yefta?
Yefta mempunyai latarbelakang hidup yang sungguh sangat suram,
namun kesuraman itu dipakai oleh Tuhan sebagaitest time untuk
menjadikan dia seorang yang sabar, taat, beriman kepada Tuhan.
1. Big Zero: Yefta anak seorang perempuan Sundal
(Hak 11:1)
Nama Yefta dalam bahasa Ibrani יפתח, Yiphtach yang
berarti he opens; dalam Kamus Gering Yefta berarti Allah membukakan.
Hak 11:1; Ibr 11:32. Yefta adalah dari klen Gilead, anak Machir, cucu
Manasye (Bil 26:29,30). Dicatat bahwa ia seorang pahlawan yang gagah perkasa
sebagai informasi awal. Kata penghubung “tetapi” dalam ayat 1 ini menunjukkan
kontra antara posisi Yefta sebagai keturunan Israel, namun lahir dari perempuan
sundal dan perempuan itu bukanlah isteri Gilead. Yefta lahir dari hubungan
perkawinan yang tidak sah. Dalam salah satu ensiklopedia dijelaskan bahwa Yefta
adalah putra Gilead dari seorang pelacur kafir. Dalam KJV, kata penghubung
yang dipakai adalah “dan” bukan “tetapi” menekankan bahwa hal itu bukan sesuatu
yang ideal. Sedangkan kata hubung “dan” menekankan bahwa hal itu sangat mungkin
mengingat kondisi Israel pada waktu itu hidup dalam dekadensi spiritual dan
dekadensi moral.
Pelajaran Rohani
Sebagaimana manusia normal pada umumnya, jika diberi kesempatan
memilih untuk dilahirkan oleh siapa, di mana, kapan dan bagaimana ia akan
dilahirkan, Yefta tentu tidak mau memilih dilahirkan oleh seorang perempuan
sundal. Penulisan siapa ibu Yefta merupakan unsure kesengajaan dari Tuhan.
Siapa ibu yang mengandung dan melahirkan Yefta, menunjukkan kepada kita bahwa
itu bukanlah hal yang penting di hadapan Tuhan untuk menjadikan seseorang
menjadi pemimpin besar di tanganNya. Tuhan tidak memfokuskan pemilihanNya
terhadap seseorang berdasarkan latar belakangnya. Karena jika demikian, maka
tidak aka nada seorang pun yang memiliki latar belakang yang layak untuk
menjadikan kita berkenan sebagai seorang pemimpin atau seseorang yang berarti
di hadadapan Tuhan. Artinya, pada dasarnya kita semua adalah Big Zero. Tanpa
kasih dan kemurahan Tuhan.
2. Proses/ pembentukkan karakter: saudara-saudara
tirinya mengusir dia (Hak 11:2-3)
Yefta mempunyai saudara-saudara sedarah, namun berbeda ibu.
Yefta dianggap sebagai putra haram oleh saudara-saudaranya, sehingga mereka
mengeluarkan Yefta secara tidak resmi. Yefta merasa hak warisnya diputuskan
secara melawan hukum oleh adik-adiknya, yaitu para putra Gilead yang sah.
Mereka mengusir Yefta, bukan hanya dari rumah merek, tetapi juga dari
lingkungan klen orang Gilead. Yefta dipaksa pergi meninggalkan keluarga mereka,
wilayah mereka, tanpa diberikan hak apapun kepadanya. Dalam ayat 3, dituliskan
bahwa Yefta, lari dari saudara-saudaranya, artinya bahwa dia tidak berusaha
mempertahankan dan memperjuangkan haknya sebagai putra/ benih dari Gilead. Dia
tidak melakukan perlawanan apapun. Diaflee away, melarikan diri. Yefta
tertolak dan terusir dari keluarga dan kaumnya. Saudara-saudaranya mencoba
menghapus nama Yefta dari silsilah dan sejarah keluarga mereka.
Yefta lari dan menetap di tanah Top yang terletak di daerah luar
Yordan. Dia sendiri mengumpulkan sekelompok petualang, yang menurut beberapa
penafsir bahwa kemungkinan sekelompok perampok. Di sana ia berkumpul
dengan petualang-petualang dan menjadi perampok. Dari sana ia bersama pembelot
yang dikumpulkannya menyerang tempat-tempat pemukiman dan kafilah-kafilah,
mungkin melindungi desa-desa Israel dari suku-suku perampok, berangkali termasuk
orang Amon. Dari hal ini, kita dapat simpulkan bahwa Yefta seorang
pemberani dan mempunyai daya tarik dan potensi sebagai seorang pemimpin.
Pelajaran Rohani
Penolakkan dari keluarga, orangtua, saudara-saudara, lingkungan
masyarakat bukanlah suatu keadaan yang mengenakkan, namun juga bukan akhir dari
hidup seseorang. Sekalipun ada orang-orang yang menolak kita, kita tidak perlu
melakukan usaha pembenaran diri, kita tidak perlu melakukan perlawanan untuk
merebut apa yang menjadi hak-hak kita. Karena situasi seperti itu pun dapat
dipakai oleh Tuhan untuk memproses, membentuk, memurnikan, mendewasakan iman
kita, mematangkan karakter kita. Selama masih bernafas, itu berarti ada
kesempatan-kesempatan yang baik dari Tuhan untuk masa depan kita, untuk
memuliakan Tuhan.
Selain dari pada itu, kerap kali kita mengambil keputusan yang
salah, keliru dan merugikan (bandingkan Yefta yang menjadi pemimpin dari
perampok) diri sendiri dan orang lain. Namun, Allah tidak fokus kepada
kesalahan ataupun kegagalan kita. Allah fokus kepada perjanjian dan kasihNya
yang tidak akan digagalkan oleh kesalahan dan kegagalan manusia. Maka demikian
jugalah kita hendaknya tidak fokus kepada kesalahan, kelemahan, kegagalan kita
dan kepada kesalahan, kelemahan serta kegagalan orang lain. Kita hendaknya
fokus kepada Allah perjanjian yang penuh kasih dan kemurahan, setia dan adil.
3. Aroma daya tarik dari Tuhan: Yefta diminta
menjadi seorang pemimpin atas Israel untuk melawan bani Amon (Hak 11:4-9)
Jadi, sewaktu orang Israel yang tinggal di Trans Yordan diancam
oleh serangan habis-habisan orang Amon, maka para tokoh masyarakat Gilead
meminta Yefta menjadi komandan atas mereka untuk berperang melawan bani Amon.
Permintaan itu disampaikan bukan melalui pesuruh (bawahan) ataupun melalui
surat, melainkan para tua-tua Gilead yang adalah orang-orang terhormat dan
sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan di masyarakat Gilead datang
langsung menjemput Yefta dari tahan Tob. Dalam bentuk jamak, tua-tua ini
diartikan sebagai orang-orang yang mempunyai otoritas terutama dalam konteks
keseluruhan orang Israel. Bagaimana mungkin orang-orang terhormat itu
datang kepada seorang kepala perampok dan memintanya menjadi pemimpin atas
mereka? Hal ini sebenarnya sangat memalukan bagi orang-orang Gilead yang
menyebut dirinya sebagai keturunan Israel. Para tua-tua Gilead tidak berusaha
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Yefta atas tindakkan yang pernah mereka lakukan
sebelumnya. Dari sudut pandang orang Gilead, mereka membutuhkan Yefta untum
memimpin peperangan melawan bani Amon (Pragmatis). Orang yang tadinya dianggap
haram dan ditolak itu kini dibutuhkan oleh mereka yang pernah menolak dan
mengusirnya. Dan yang sangat memalukan lagi bagi mereka adalah mereka
menjanjikan Yefta menjadi kepada atas mereka, atas seluruh penduduk Gilead (Hak
11:8). Para tua-tua itu memilih Yefta karena mereka melihat bahwa dia memiliki
keahlian dalam hal militer (Hak 11:1), meskipun itu menjadi pertimbangan yang
berat karena mengingat latar belakang Yefta sebagai pemimpin orang-orang yang
tidak taat kepada hukum/ aturan.
Salah satu yang menarik dari negosiasi ini adalah bahwa
keberanian Yefta menerima tawaran dari para tua-tua itu bukan karena dia
percaya kepada mereka, bukan juga karena dia menilai dirinya kuat, tangguh,
gagah, dan perkasa, ataupun yang lainnya. Yefta sungguh menyadari bahwa
kemenangan atas musuh bukanlah sekedar usaha atau perjuangan manusia. Yefta
melihat adanya intervensi Tuhan di dalam sejarah hidup mereka sebagai umat
pilihan Tuhan. Yefta menyadari bahwa sekiranya ia menjadi pemimpin atas Israel,
itu hanya kemurahan dan kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan. Situasi sulit
yang dialami bangsa Israel dipakai oleh Allah sebagai kesempatan untuk
menyatakan kehendakNya, yakni mengangkat Yefta, yang tadinya ia seorang yang
tidak diperhitungkan bahkan dihina sebagai anak dari perempuan sundal oleh
saudara-saudara sedarah, meski lain ibu.
Yefta rupanya orang yang belajar dari sejarah hidup bangsanya
bahwa Tuhanlah yang selama ini berkenan melepaskan mereka dari cengkeraman
musuh mereka. Hal ini juga sangat jelas terlihat jika kita membaca ayat 12-28.
Yefta sungguh menyadari bahwa ia adalah seorang yang tertolak, seorang perampok,
namun ketika ia melihat pada Tuhan, ia tahu bahwa Tuhan dapat memakai seorang
penjahat sekalipun menjadi alat ditanganNya. Jadi, jelaslah bahwa tujuan utama
Yefta menerima tawaran dari para tua-tua Gilead itu bukan karena janji mereka,
melainkan karena dia sendiri tahu bahwa Tuhanlah yang menghendaki dia menjadi
pemimpin atas orang-orang Gilead dan dia sangat yakin bahwa Tuhan pasti
memberikan kemenangan kepadanya.
Pelajaran Rohani
Waktu dan cara Tuhan mengangkap hamba-hambaNya tidak dapat
diduga-duga dan tidak dapat dipahami dengan pikiran yang sempit dan picik.
Selain itu, setan/ iblis sangat ingin ktia percaya kepada bualannya yang
berusaha menghakimi kita bahwa kita tidak layak, tidak mampu, penuh dengan
dosa, dan hal-hal negative. Iblis seringkali memanfaatkan segala kelemahan kita
untuk menjatuhkan kita, untuk membawa kita jauh dari kehendak Tuhan, tetapi
Allah justeru menggunakan segala kelemahan kita untuk menyatakan kebesaran dan
kemuliaanNya atas hidup kita dengan cara menjadikan kita menjadi seseorang yang
tidak pernah kita duga sebelumnya. Dengan demikian, Tuhan dimuliakan di dalam
dan melalui hidup kita.
Dalam Roma 8:37 dikatakan bahwa kita sudah menang, bahkan lebih
dari pemenang oleh karena Dia mengasihi kita. Kekurangan, kesalahan ataupun
kegagalan kita di masa lalu tidak dapat menghentikan kita menjadi pemenang jika
kita menyadari dan mau menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang adalah
sumber kemenangan dalam hidup kita. Maka, bagi kita yang memiliki jaminan ini,
tidak ada kata “menyerah”, “berhenti” atau “lari” tatkala menghadapi berbagai
tantangan dan kesulitan yang Tuhan izinkan dalam hidup dan pelayanan kita.
Biarlah Tuhan menyatakan keunggulan kasih dan kemurahanNya melampaui segala
dosa dan kekurangan kita.
4. Integritas Yefta: Jujur dan tidak menyimpan
kepahitan (Hak 11:11a)
Yefta bersedia mengikut para tua-tua Gilead kembali ke tanah
Gilead. Yefta tidak membiarkan ada kebencian, akar pahit ataupun trauma
menghalangi langkahnya untuk menjalankan apa yang seharusnya ia lakukan.
Keyakinan Yefta akan rencana Tuhan dalam hidupnya, menjadikan dia seorang yang
konsisten atas penyataannya. Kesepakatan dilanjutkan dengan tindakan nyata.
Yefta pergi/ berjalan bersama dengan tua-tua itu dan menjalankan apa yang sudah
disepakati. Bangsa itu mengangkat Yefta menjadi kepala dan panglima mereka.
Negosiasi Yefta dengan para tua-tua untuk menjadikan dia bukan hanya menjadi
pemimpin (panglima) perang melawan Amon (Hak 11:6, 11), tetapi juga
menjadikan kepala atas mereka (Hak 11:8, 9, 11).
Yefta melihat ke depan dalam menghadapi krisis yang terjadi atas
Israel, tidak melihat pengalaman masa lalu yang pahit. Hal itu salah satu yang
memungkinkan dia berhasil dan mempunyai masa depan yang lebih baik dari
sebelumnya. Yefta menjadi kepala dan pemimpin atas seluruh Gilead. Secara
geografis, daerah Gilead adalah perbukitan yang penuh ditumbuhi pepohonan, di
utara garis yang merentang dari Hesybon menuju ke barat di ujung utara Laut Mati,
dan terus naik ke utara sampai ke S Wadi Yarmuk, kemudian melintas lurus masuk
ke tanah datar yang terletak kira-kira 29 Km sebelah selatan Yarmuk. Daerah
dibagian utara daratan-daratan ini adalah wilayah Basan. Dengan batasan
demikian Gilead dibagi dalam 2 wilayah utara dan selatan, pada alur S Yabok.
Wilayah selatan Gilead (dalam arti luar – di selatan garis Hesybon – Laut Mati
sampai ke alur S Arnon) terdapat dataran tinggi yang berlereng-lereng, sangat
cocok untuk pertanian dan peternakan, meliputi seluruh Trans Yordan ditambah
dengan wilayah di tepi sungai Arnon dan Basan. Yefta bukan hanya diterima dalam
keluarganya, tetapi juga oleh seluruh keturunan Gilead, bahkan menjadi pemimpin
atas mereka.
Pelajaran Rohani
Perbuatan yang baik merupakan manifestasi dari pikiran yang
sehat. Secara sederhana integritas berarti selarasnya perbuatan dan pikiran.
Dalam situasi seperti apapun, seorang yang berintegritas akan tetap konsisten
dengan apa yang dipegangnya sebagai pedoman hidup, tanpa dipengaruhi dengan
lingkungan sekitarnya, walaupun patut terpengaruh. Seperti halnya Yefta, dia
punya alasan untuk tidak menolong bangsa Gilead tetapi dia tidak memakai alasan
tersebut, melainkan memberi dirinya untuk dipakai Tuhan sebagai seorang yang
nantinya akan menaklukkan bangsa penindas. Tidak mudah membantu atau menolong
orang yang pernah mencerca, mencemooh, menyakiti kita baik itu secara fisik
maupun psikis, tetapi dengan memandang kepada Tuhan, maka kita dapat menjadi
berkat di tengah-tengah keadaan yang sebenarnya tidak memungkinkan kita untuk menjadi berkat. Jadi, integritas juga
merupakan suatu wujud kehidupan yang telah diubahkan oleh Tuhan sehingga mampu
konsisten dalam segala situasi dan kondisi.
5. Doa: Yefta membawa perkara itu ke hadapan
Tuhan (Hak 11:11b)
ia setuju setelah mereka berjanji bahwa dia akan tetap menjadi
kepala (yaitu hakim) mereka, biarpun pertempuran sudah selesai. Perjanjian ini
diadakan di Mizpa Diplomasi yang diusahakan Yefta untuk menasihati orang Amon
supaya membatalkan maksud mereka (Hak 11:12-28). Tetapi Yefta membawa seluruh
perkara itu kehadapan Tuhan (Hak 11:11c). kesukaran dan kepedihan dapat membuat
kita melupakan Tuhan, tetapi kekuatan dan keberhasilan dapat juga membuat kita
melupakan Tuhan. Seharusnya, kesukaran atau pun keberhasilan kita tetap
utamakan Tuhan; membawa segala perkara dan keberhasilan kepada Tuhan, sebab
semuanya itu karena Tuhan. Tuhan Yesus menjadikan kita HERO bahkan SUPER HERO
untuk pelayanan.
Pelajaran Rohani (Peranan Doa)
a. Relasional: Doa tidak seperti mantra, atau
seperti cerita dongeng dunia 1001 malam yang bila mengalami kesukaran barulah
membaca mantra supaya jin datang menolong. Doa adalah suatu hubungan dengan
Tuhan, hubungan dengan Tuhan dibangun bukan karena ingin meminta berkat atau
pertolongan, melainkan itu merupakan kebutuhan sebab dia adalah pencipta kita.
Hubungan dengan Tuhan melalui doa merupakan wujud ucapan syukur kepadaNya yang
menjadi penyebab segala sesuatu yang baik dalam hidup kita. Maka, doa ada relasi
dengan Tuhan.
b. Intimasi: Ada keakraban, atau suatu hubungan
yang harmonis dengan Tuhan. Akibat Dosa manusia terpisah dengan Allah, dan
harus membutuhkan imam sebagai perantara kita dengan Allah, tetapi oleh kasih
karuniaNya Tuhan Yesus diberikan untuk menebus dosa kita, sekaligus membuka
tabir untuk secara langsung berhubungan dengan Allah melalui doa. Hubungan
akrab atau intim itu ada lagi oleh karena Kristus, maka intimasi adalah hadiah
yang diberikan oleh Allah melalui Tuhan Yesus, oleh karenanya sangat lucu
sekali bila hubungan kita tidak harmonis dengan Tuhan.
c. Ketergantungan: oleh karena Tuhan adalah
pemilik hidup kita, maka doa merupakan suatu kebergantungan kepada Tuhan.
Kebergantungan kepada diri sendiri selalu mendatangkan malapetaka tetapi kepada
Tuhan mendatangkan damai sejahtera. Kita terbatas, tetapi Tuhan tidak terbatas,
maka bergantunglah kepada Tuhan dan bukan kepada manusia.
d. Tahu diri: jangan sombong karena keberhasilan
yang kita alami, melainkan mengucap syukurlah kepada Tuhan dan tahu diri, bahwa
tanpa Tuhan keberhasilan yang sesungguhnya hanyalah iluasi. Memang banyak orang
(non-Kristen) yang berhasil dalam hidup, tetapi itu bukanlah berhasil yang
sesungguhnya, karena berhasil yang sesungguhnya bukan hanya di bumi (kronos),
tetapi juga berhasil sampai kepada kekekalan (aion).
e. Tidak ada yang mustahil: Lukas 1:37 menyatakan
bahwa: sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil. Seringkali kita meragukan
Tuhan, dan melihat segala sesuatu mustahil, tetapi biarlah Firman Tuhan ini
menyadarkan kita bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Demikianlah uraian singkat ini, kiranya menjadi berkat bagi kita
sekalian. Akhirnya, segala kemuliaan hanya bagi Tuhan kita Yesus Kristus yang
telah mengubah kita “FROM ZERO to SUPER HERO.”
KATAKAN: HALELUYA,
HALELUYA, HALELUYA ….. AMIN
Komentar
Posting Komentar